Tim asuhan Ruben Amorim, tiba di San Mames dengan situasi yang bisa dikatakan sangat emosional. Setelah gagal lolos ke Liga Champions, mereka adalah tim buanan saat memulai kompetisi Liga Europa.
Tanpa status unggulan dan dipandang sebelah mata, itulah kenyataan yang disematkan pada MU di awal berlaga di Liga Europa. Namun, seiring waktu, tim asuhan Ruben Amorim mengubah penilaian itu sebagai momen kebangkitan, meski tetap selalu diragukan.
Liga Europa yang musim ini menggunakan format baru dengan 36 tim dalam fase round-robin delapan pertandingan, menjadi panggung MU untuk menunjukan citra mereka. Mereka tidak hanya beradaptasi, tapi juga mampu bersinar.
Di fase grup Liga Europa, mereka mencatatkan delapan laga tanpa kekalahan. Mereka bermain imbang 1-1 lawan Twente, duel dramatis 3-3 kontra Porto, dan hasil imbang 1-1 saat bertandang ke Fenerbahce. Setelah itu, mereka mencatat lima kemenangan beruntun.
Murianews, Kudus – Manchester United (MU), mencapai final Liga Europa musim 2024/25 dengan catatan luar biasa. Mereka belum pernah kalah dalam satu pun pertandingan sepanjang kompetisi kasta kedua di Eropa ini.
Sebuah anomali, karena mereka mengalami musim sangat menyedihkan di Liga Inggris. Musim mereka berlangsung penuh tekanan dan hasil yang fluktuatif. Namun Setan Merah menunjukan hasil bertolak belakang saat tampil di pentas Liga Europa.
Menghadapi Tottenham Hotspur yang juga menjadi tim pesakitan di Liga Inggris, MU bisa dikatakan bagai abu yang ingin berubah menjadi batu. Itu jika mengacu pada perjalanan mereka mencapai Final Liga Europa, pada Kamis (21/5/2025) dinihari WIB.
Tim asuhan Ruben Amorim, tiba di San Mames dengan situasi yang bisa dikatakan sangat emosional. Setelah gagal lolos ke Liga Champions, mereka adalah tim buanan saat memulai kompetisi Liga Europa.
Tanpa status unggulan dan dipandang sebelah mata, itulah kenyataan yang disematkan pada MU di awal berlaga di Liga Europa. Namun, seiring waktu, tim asuhan Ruben Amorim mengubah penilaian itu sebagai momen kebangkitan, meski tetap selalu diragukan.
Liga Europa yang musim ini menggunakan format baru dengan 36 tim dalam fase round-robin delapan pertandingan, menjadi panggung MU untuk menunjukan citra mereka. Mereka tidak hanya beradaptasi, tapi juga mampu bersinar.
Di fase grup Liga Europa, mereka mencatatkan delapan laga tanpa kekalahan. Mereka bermain imbang 1-1 lawan Twente, duel dramatis 3-3 kontra Porto, dan hasil imbang 1-1 saat bertandang ke Fenerbahce. Setelah itu, mereka mencatat lima kemenangan beruntun.
Tak Pernah Kalah...
Masing-masing menang 2-0 atas PAOK, 3-2 melawan Bodo/Glimt, 2-1 atas Viktoria Plzen, 2-1 atas Rangers, dan ditutup dengan kemenangan meyakinkan 2-0 melawan FCSB. MU lolos ke fase gugur Liga Europa.
Finis di peringkat 3 babak awal, MU akhirnya lolos ke babak 16 besar sebagai tim unggulan. Di fase gugur, Setan Merah makin menggila. Mereka menyingkirkan Real Sociedad dengan agregat 5-2, setelah imbang 1-1 di Spanyol dan pesta gol 4-1 di Old Trafford.
Drama tak berhenti di situ. Di perempat final, MU bertemu Lyon. Hasil imbang 2-2 di leg pertama menjadi pembuka duel sengit. Sedangkan di laga leg kedua mereka berhasil menang dramatis dengan skor 5-4 setelah perpanjangan waktu, untuk menang agregat 7-6 atas lawan.
Pada semifinal Liga Europa, MU berhadapan dengan Athletic Club, pemilik Stadion San Mames yang ditetapkan sebagai venue final Liga Europa. Secara mengejutkan MU berhasil menang 3-0 di San Mamess, lalu menutup kembali menang dengan skor 4-1 di Old Trafford. Jadilah mereka mengunci tiket final dengan agregat telak 7-1.
Dengan total 35 gol, 20 gol di antaranya dicetak di fase gugur, Manchester United (MU) menunjukkan performa ofensif yang tajam. UEFA bahkan mencatat mereka sebagai satu-satunya tim tak terkalahkan di seluruh kompetisi Eropa musim ini.
“Ketahanan dan semangat juang MU sangat luar biasa. Mereka adalah tim dengan momen dan mental juara yang jelas terlihat, terutama dalam laga-laga penuh tekanan seperti melawan Lyon dan Athletic,” ujar Steve Bates, reporter UEFA, di situs resminya.
Jadi Abu di Liga Inggris...
Revolusi taktik MU yang mengggunakan skema 3-4-3 dinilai sebagai salah satu kunci sukses Amorim di pentas Liga Europa. Amorim mampu mengoptimalkan kecepatan Diogo Dalot dan Patrick Dorgu sebagai wing-back. Sementara Bruno Fernandes tetap menjadi otak permainan di lini tengah.
Namun anehnya, skema seperti itu hanya ces pleng saat MU bermain di panggung Eropa. Di Liga Inggris, MU adalah abu, yang bertebaran karena sulit menang. Bahkan di delapan pertandingan terakhir mereka tidak bisa merebut kemenangan secara berturut-turut.
Namun kembali ke Final Liga Europa, MU yang saat ini bagaikan abu di Liga Inggris berpotensi menjadi batu. Menghadapi Tottenham Hotspur, abu lain di Liga Inggris, dengan semua reputasinya MU masih diunggulkan.
Bagi MU, laga Final Liga Europa ini adalah duel hidup-mati demi tiket ke Liga Champions musim depan. Dari Abu mereka harus berkeras bisa menjadi batu.