Fluminense berhasil membuat rakasasa Italia, Inter Milan sempoyongan, setelah kalah 0-2 dengan memalukan. Di laga yang berlangsung Selasa (1/7/2025) dinihari WIB, Fluminense benar-benar memunculkan kejutan besar, dipimpin kapten gaek, Thiago Silva.
Pertandingan baru berjalan tiga menit, Inter Milan bahkan sudah seperti disambar petir di siang bolong. German Cano, predator haus gol asal Argentina, menyambut umpan silang tajam dengan sundulan ciamik yang membuat Yann Sommer tak berkutik.
Gol cepat ini bukan sekadar pembuka skor, tetapi juga langsung memberi tanda bahaya bagi Inter Milan. Para pemain Fluminense seperti seolah-olah mengatakan ’Jangan Remehkan kami, karena kami datang untuk menang”.
Sejak momen gol itu, permainan berubah seperti mimpi buruk yang lambat laun menjadi kenyataan bagi pasukan Simone Inzaghi. Inter Milan yang datang dengan status diunggulkan, mendadak terlihat kikuk, dan kehilangan kendali permainan. Mereka terjebak dalam skema defensif rapat khas Brasil penuh disiplin.
Di menit ke-40, sempat muncul momen yang membuat jantung pendukung Inter Milan kembali terhenti. Sundulan kombinasi Thiago Silva dan Ignacio membuahka gol kedua, namun VAR berkata lain. Ada peristiwa offside dahulu.
Tapi jangan salah, meski golnya dianulir, Thiago Silva menunjukkan bahwa usia hanyalah angka. Di usia 39 tahun, sang bek veteran tampil seperti pria yang tengah berada di puncak kariernya. Thiago Silva seperti mampu permainan dengan akurat, memilih posisi secara brilian, dan selalu selangkah di depan lawan.
Murianews, Kudus – Pada pertandingan yang banyak disebut akan menjadi panggung Inter Milan mendominasi, Fluminense tampil diluar dugaan. Mereka berhasil membalikan prediksi secara dramatis, di 16 Besar Piala Dunia Antrklub 2025.
Fluminense berhasil membuat rakasasa Italia, Inter Milan sempoyongan, setelah kalah 0-2 dengan memalukan. Di laga yang berlangsung Selasa (1/7/2025) dinihari WIB, Fluminense benar-benar memunculkan kejutan besar, dipimpin kapten gaek, Thiago Silva.
Pertandingan baru berjalan tiga menit, Inter Milan bahkan sudah seperti disambar petir di siang bolong. German Cano, predator haus gol asal Argentina, menyambut umpan silang tajam dengan sundulan ciamik yang membuat Yann Sommer tak berkutik.
Gol cepat ini bukan sekadar pembuka skor, tetapi juga langsung memberi tanda bahaya bagi Inter Milan. Para pemain Fluminense seperti seolah-olah mengatakan ’Jangan Remehkan kami, karena kami datang untuk menang”.
Sejak momen gol itu, permainan berubah seperti mimpi buruk yang lambat laun menjadi kenyataan bagi pasukan Simone Inzaghi. Inter Milan yang datang dengan status diunggulkan, mendadak terlihat kikuk, dan kehilangan kendali permainan. Mereka terjebak dalam skema defensif rapat khas Brasil penuh disiplin.
Di menit ke-40, sempat muncul momen yang membuat jantung pendukung Inter Milan kembali terhenti. Sundulan kombinasi Thiago Silva dan Ignacio membuahka gol kedua, namun VAR berkata lain. Ada peristiwa offside dahulu.
Tapi jangan salah, meski golnya dianulir, Thiago Silva menunjukkan bahwa usia hanyalah angka. Di usia 39 tahun, sang bek veteran tampil seperti pria yang tengah berada di puncak kariernya. Thiago Silva seperti mampu permainan dengan akurat, memilih posisi secara brilian, dan selalu selangkah di depan lawan.
Menghantam Karang...
Memasuki babak kedua, Inzaghi melakukan segala cara, dengan menurunkan Carboni, Esposito, Carlos Augusto. Semua amunisi ofensif dikerahkannya. Inter Milan menyerang seperti badai, tetapi seperti badai yang menghantam karang kokoh bernama Thiago Silva.
Menit ke-66, Stefan de Vrij nyaris menyamakan skor, namun bolanya menghantam tiang gawang. Lautaro Martinez, yang biasanya jadi penentu, kali ini hanya bisa memegangi kepala. Satu peluangnya bisa ditangkap kiper Fabio. Sementara yang lainnya hanya bisa dilihatnya menghantam tiang gawang.
Bahkan Dimarco, yang tampil spartan hingga menit akhir, dua kali mengancam gawang Fluminense. Satu melebar tipis, satu membentur mistar gawang pada menit ke-90+6. Semuaya menyisakan gumanan kecewa dari ribuan tifosi Inter Milan.
Pada saat Inter Milan sepertinya akan mencetak gol penyama, Fluminense justru kembali menyengat. Menit ke-90+3, Hercules muncul sebagai malaikat maut yang pada akhirnya memadamkan harapan Inter Milan.
Dengan satu tembakan roket dari luar kotak penalti, bola mengoyak sisi bawah gawang Sommer. Skor menjadi 2-0, Inter Milan langsung tersungkur. Mereka seperti tak percaya ketika harus pergi lebih cepat dari Piala Dunia Antarklub 2025.
Fluminense menang bukan dengan gaya flamboyan, tapi mereka tampil dengan disiplin baja. Mereka mampu bermain efektivit dan klinis dalam penyelesaian yang mematikan. Dari semua pemain mereka, Thiago Silva membuktikan kepemimpinan dan pengalamannya masih berguna.
Inter Milan tersingkir dan Fluminense melaju. Dunia harus menyaksikan ketika klub Italia yang penuh bintang dihentikan oleh tim yang bermain seperti baja keras. Begitulah daya tarik sepak bola.