Tapi seperti banyak kisah keajaiban sepak bola, cedera datang menghantam, dan gemilangnya mulai memudar sebelum benar-benar bersinar. Itulah yang mungkin terjadi pada sosok Ansu Fati, yang pernah menjadi bintang di Barcelona, tapi kini harus bermain di pinggiran Prancis.
Pada 2019, dunia mengenal nama Ansu Fati lewat catatan bersejarah yang dicetaknya. Ansu Fati saat itu menjadi pemain termuda yang berhasil mencetak gol di Liga Champions dalam usia17 tahun dan 40 hari. Saat itu golnya memastikan kemenangan dramatis 2-1 Barcelona atas Inter Milan.
Dalam satu musim saja, Ansu Fati yang masih berusia belia, langsung mampu menembus tim utama. Saat itu dirinya mampu mencetak 8 gol dari 30 lebih penampilan, dan nyaris menyabet Golden Boy 2020.
Barcelona seakan menaruh seluruh harapan padanya. Saat Messi pergi, Fati yang dipilih untuk mengenakan nomor 10. Tekanan, langsung tak terelakkan. Tubuhnya tak mampu mengimbangi ekspektasi. Cedera demi cedera datang silih berganti.
Hingga Ansu Fati harus mengembara ke Premier League bersama Brighton musim lalu, mencatat 4 gol dari 27 laga. Namun itutak cukup baginya untuk bisa membuatnya bertahan di sana.
Murianews, Kudus – Pernah dipuja sebagai penerus Lionel Messi dan pemilik sah nomor punggung keramat 10 di Barcelona, kini Ansu Fati harus memulai ulang mimpinya bersama AS Monaco. Karirnya bagaikan roller coaster, dan kini bisa dimulai lagi atau malah tamat.
Dilansir Mundo Deportivo, Ansu Fati, yang kini berusia 22 tahun, lahir di Bissau (Guinea-Bissau) dan tumbuh besar di Andalusia sejak usia 6 tahun. Dari lorong-lorong kecil CDF Herrera hingga sorotan dunia di Camp Nou, kariernya sempat berkilau secerah matahari di Barcelona.
Tapi seperti banyak kisah keajaiban sepak bola, cedera datang menghantam, dan gemilangnya mulai memudar sebelum benar-benar bersinar. Itulah yang mungkin terjadi pada sosok Ansu Fati, yang pernah menjadi bintang di Barcelona, tapi kini harus bermain di pinggiran Prancis.
Pada 2019, dunia mengenal nama Ansu Fati lewat catatan bersejarah yang dicetaknya. Ansu Fati saat itu menjadi pemain termuda yang berhasil mencetak gol di Liga Champions dalam usia17 tahun dan 40 hari. Saat itu golnya memastikan kemenangan dramatis 2-1 Barcelona atas Inter Milan.
Dalam satu musim saja, Ansu Fati yang masih berusia belia, langsung mampu menembus tim utama. Saat itu dirinya mampu mencetak 8 gol dari 30 lebih penampilan, dan nyaris menyabet Golden Boy 2020.
Barcelona seakan menaruh seluruh harapan padanya. Saat Messi pergi, Fati yang dipilih untuk mengenakan nomor 10. Tekanan, langsung tak terelakkan. Tubuhnya tak mampu mengimbangi ekspektasi. Cedera demi cedera datang silih berganti.
Hingga Ansu Fati harus mengembara ke Premier League bersama Brighton musim lalu, mencatat 4 gol dari 27 laga. Namun itutak cukup baginya untuk bisa membuatnya bertahan di sana.
AS Monaco...
Kini, AS Monaco menjadi panggung baru bagi Ansu Fati untuk membuktikan jika kisahnya belum usai. Klub asal Ligue 1 ini memberinya lingkungan yang lebih tenang, namun tetap kompetitif. Pelatih Adi Hutter percaya, Ansu Fati bisa menjadi senjata rahasia di lini depan timnya.
“Dia masih muda, masih lapar, dan punya sesuatu yang tak dimiliki banyak pemain: pengalaman besar di usia muda,” kata Hutter dalam konferensi pers pengenalan Ansu Fati di tim AS Monaco.
Selama memperkuat Barcelona, Fati mencatat 123 pertandingan resmi, mengemas 29 gol dan 8 assist, serta turut merengkuh 6 trofi utama. Itu termasuk dua gelar La Liga (2023 dan 2025), dua Copa del Rey, dan dua Piala Super Spanyol. Di level timnas, ia menjadi bagian dari skuad Spanyol yang menjuarai UEFA Nations League 2023 dan tampil di Piala Dunia 2022.
Dari La Masia ke Monaco, dari sorotan kamera Camp Nou ke pintu kesempatan baru di Ligue 1, inilah babak baru perjalanan Ansu Fati. Banyak yang menjulukinya sebagai "bintang yang padam terlalu cepat", tapi mungkin, ia hanya butuh waktu untuk kembali menyala.