Namun di balik kekalahan menyesakan itu, banyak pihak yang menilai masih ada harapan besar bagi Manchester United dibawah Amorim. Khususnya dengan munculnya Matheus Cunha sebagai debutan baru di Manchester United, banyak yang menilai pemain ini memberi harapan lain bagi Manchester United.
Namun pada malam melawan Arsenal, Cunha bisa dikatakan telah memberikan jawaban kongkrit mengenai keraguan yang ditimpakan pada dirinya. Setiap sentuhan, setiap putaran badan, selalu berakhir dengan terjangan menuju gawang Arsenal.
Empat tembakan, empat umpan sukses, dan permainannya yang mononjol, setidaknya telah menjadikan Cunha menjadi penghiburan tersendiri di tengah kekalahan pahit yang diterima Manchester United. Media-media Inggris menggambarkan bagaimana para pendukung MU akhirnya menghormatinya di laga itu.
Energi dan keberanian Cunha bahkan berhasil membuat suporter Manchester United berdiri, bersorak, dan untuk sesaat melupakan kenyataan pahit. Sebuah kekalahan yang terjadi untuk ke-15 kalinya Manchester United beraa di bawah Ruben Amorim, sepanjang 28 laga Liga Inggris.
Secara tim, Manchester United akhirnya kembali memperlihatkan masalah lama mereka. Sempat unggul sesaat, lalu runtuh oleh kesalahan sendiri. Bola mati dan blunder penjaga gawang masih menjadi masalah klasik yang harus dihadapi. Tetapi Cunha, malam itu tampil berbeda, bermain dengan nyali, determinasi, yang tak terputus sepanjang laga.
Murianews, Kudus – Menjalani laga perdana di Liga Inggris, Manchester United baru saja mendapatkan tamparan keras. Tim Setan Merah malah menelan kekalahan 0-1 dari Arsenal di kandang mereka sendiri, Ol Trafford yang terkenal.
Namun di balik kekalahan menyesakan itu, banyak pihak yang menilai masih ada harapan besar bagi Manchester United dibawah Amorim. Khususnya dengan munculnya Matheus Cunha sebagai debutan baru di Manchester United, banyak yang menilai pemain ini memberi harapan lain bagi Manchester United.
Seperti banyak diberitakan media Inggris, kedatangan Cunha sempat menuai cibiran sejak transfernya diumumkan. Temperamen Cunha yang meledak-ledak, gaya main yang kerap dianggap egois, hingga sejarah panjang Manchester United yang sering terjebak dalam drama bursa transfer menjadi bumbu.
Namun pada malam melawan Arsenal, Cunha bisa dikatakan telah memberikan jawaban kongkrit mengenai keraguan yang ditimpakan pada dirinya. Setiap sentuhan, setiap putaran badan, selalu berakhir dengan terjangan menuju gawang Arsenal.
Empat tembakan, empat umpan sukses, dan permainannya yang mononjol, setidaknya telah menjadikan Cunha menjadi penghiburan tersendiri di tengah kekalahan pahit yang diterima Manchester United. Media-media Inggris menggambarkan bagaimana para pendukung MU akhirnya menghormatinya di laga itu.
Energi dan keberanian Cunha bahkan berhasil membuat suporter Manchester United berdiri, bersorak, dan untuk sesaat melupakan kenyataan pahit. Sebuah kekalahan yang terjadi untuk ke-15 kalinya Manchester United beraa di bawah Ruben Amorim, sepanjang 28 laga Liga Inggris.
Secara tim, Manchester United akhirnya kembali memperlihatkan masalah lama mereka. Sempat unggul sesaat, lalu runtuh oleh kesalahan sendiri. Bola mati dan blunder penjaga gawang masih menjadi masalah klasik yang harus dihadapi. Tetapi Cunha, malam itu tampil berbeda, bermain dengan nyali, determinasi, yang tak terputus sepanjang laga.
Dibanding Gyokeres...
Jika dibandingkan dengan debutan di Arsenal, Viktor Gyokeres, permainan Matheus Cunha jauh lebih mentereng. Gyokeres di laga ini hanya membuat 21 sentuhan, dan tak mampu melakukan tembakan satu kalipun. Sebuah kegusaran bagi Arteta, meski bisa pulang dengan tiga poin dari Old Trraford.
Melupakan kekalahan di laga pertama, tentu saja menjadi pilihan paling baik mengingat Liga Inggris masih panjang. Lainnya, mungkin juga akan lebih baik dengan menempatkan Matheus Cunha sebagai harapan baru bagi mereka.
Matheus Cunha, apakah akan menjadi bintang baru? Atau malah sebaliknya menjadi badai, bagi Manchester United? Semuanya akan baru bisa terjawab setelah banyak pertandingan berlangsung di Liga Inggris.