Pada kesempatan itu, Dedy juga menjelaskan jika ju-jitsu merupakan seni bela diri kuno yang telah ada sejak 230 SM dan mulai masuk ke Indonesia pada 1940-an melalui di masa penjajahan Jepang.
Sejak saat itu, ju-jitsu tradisional berkembang pesat di Tanah Air hingga era 1980–1990-an, dan pada 2000-an mulai beradaptasi dengan gaya Brazilian ju-jitsu. PBJI berperan menyatukan seluruh unsur ju-jitsu, baik tradisional maupun Brazilian, dalam satu wadah pembinaan nasional.
”Kami membentuk wadah resmi pada 2017 dan dilantik oleh Ketua KONI pada saat itu. Meski tergolong seumur jagung, organisasi ini telah mencatat kiprah gemilang dengan dua kali tampil pada Asian Games, tiga kali pada SEA Games, satu kali pada PON, satu kali di Asian Youth Games, serta berpartisipasi dalam sejumlah kejuaraan internasional lainnya,” papar Dedy
Murianews, Kudus – Ketua Umum Pengurus Besar Ju-jitsu Indonesia (PBJI) Dedy Triharjanto mengapresiasi tingginya antusiasme para atlet dari berbagai daerah dalam PON Bela Diri Kudus 2025.
PBJI sendiri mencatat ada sebanyak 154 atlet dari 17 provinsi di Tanah Air ambil bagian dalam ajang ini, yang mempertandingkan 15 nomor di cabopr Ju-jitsu PON Bela Diri Kudus ini.
Dedy Triharjanto, yang baru dilantik pada awal Juni lalu untuk periode 2025–2029 itu menilai cabor Ju-jitsu di PON Bela Diri ini sebagai hadiah besar dari KONI Pusat.
”Ini luar biasa, PBJI mendapatkan hadiah yang begitu besar dari KONI Pusat dengan 15 nomor pertandingan. Sekarang yang tidak pernah bertanding di tingkat ini, dipertandingkan pada PON Bela Diri Kudus 2025,” ujar Dedy, yang hadir bersama Sekretaris Jenderal PBJI Ahmad Fakhrizal, di Djarum Arena, Kaliputu, Kudus, Jumat (24/10/2025)
Menurut Dedy, ajang multi-cabang ini menjadi kesempatan emas untuk memfasilitasi potensi atlet ju-jitsu di seluruh Indonesia. Lebih lanjut, ia menegaskan pentingnya PON Bela Diri Kudus 2025 dalam proses seleksi dan pembinaan atlet nasional.
”Ajang ini berperan besar dalam mempersiapkan atlet untuk tampil di berbagai ajang internasional, termasuk SEA Games Bangkok 2025 pada Desember mendatang,” tegasnya.
Dedy menambahkan, gelaran di Kudus ini juga berhasil mendorong perkembangan cabang olahraga ju-jitsu di daerah. Ia mengungkapkan, terdapat dua provinsi baru yang termotivasi untuk membentuk kepengurusan dan mengirimkan atlet mereka untuk berkompetisi.
Saat ini, PBJI sudah hadir di 25 provinsi di Indonesia. PBJI optimistis, setelah ajang PON Bela Diri ini, akan semakin banyak provinsi lain yang akan segera membentuk kepengurusan serupa.
” "Kami harapkan, melalui PON Bela Diri Kudus 2025 ini bisa melahirkan para atlet-atlet yang berprestasi. Itulah menjadi aset kami, karena kami hanya bermodalkan atlet yang bisa mengibarkan bendera Merah Putih di luar negeri,” pungkasnya.
Sejarah Ju-jitsu...
Pada kesempatan itu, Dedy juga menjelaskan jika ju-jitsu merupakan seni bela diri kuno yang telah ada sejak 230 SM dan mulai masuk ke Indonesia pada 1940-an melalui di masa penjajahan Jepang.
Sejak saat itu, ju-jitsu tradisional berkembang pesat di Tanah Air hingga era 1980–1990-an, dan pada 2000-an mulai beradaptasi dengan gaya Brazilian ju-jitsu. PBJI berperan menyatukan seluruh unsur ju-jitsu, baik tradisional maupun Brazilian, dalam satu wadah pembinaan nasional.
”Kami membentuk wadah resmi pada 2017 dan dilantik oleh Ketua KONI pada saat itu. Meski tergolong seumur jagung, organisasi ini telah mencatat kiprah gemilang dengan dua kali tampil pada Asian Games, tiga kali pada SEA Games, satu kali pada PON, satu kali di Asian Youth Games, serta berpartisipasi dalam sejumlah kejuaraan internasional lainnya,” papar Dedy