Rabu, 19 November 2025

Murianews, Kudus – Dua tahun lalu, pada tanggal ini, dunia sepak bola menyaksikan salah satu momen paling memilukan dalam sejarah Piala Dunia. Portugal dan Ronaldo, dengan segala talenta dan harapan besar, harus menyerah pada Maroko di perempat final Piala Dunia 2022.

Kekalahan 0-1 itu tidak hanya mengakhiri perjalanan Portugal di turnamen, tetapi juga menyisakan luka mendalam bagi Cristiano Ronaldo. Saat itu, dia meninggalkan lapangan dengan air mata penuh di mata.

Maroko Membuat Sejarah, Ronaldo Tersungkur

Di Stadion Al Thumama, Maroko menulis sejarah sebagai tim Afrika pertama yang mencapai semifinal Piala Dunia. Gol tunggal Youssef En-Nesyri cukup untuk memberikan kemenangan bersejarah bagi Atlas Lions. Di sisi lain, laga itu menjadi mimpi buruk bagi Ronaldo dan Portugal.

Ronaldo, yang saat itu berusia 37 tahun, masuk sebagai pemain pengganti di babak kedua, saat timnya tertinggal. Dengan semangat membara, ia mencoba menciptakan keajaiban, tetapi pertahanan Maroko yang luar biasa membuat semua upayanya sia-sia.

Peluit akhir menjadi penanda akhir perjalanan Portugal di turnamen, dan lebih tragisnya, mungkin juga akhir mimpi Piala Dunia Ronaldo. Gambarnya berjalan perlahan ke terowongan sambil menahan air mata menjadi simbol rasa sakit seorang legenda.

Bukan hanya karena kekalahan, tetapi karena mimpi yang telah ia kejar selama dua dekade hancur di depan matanya. Ya....mimpi menjadi seorang juara dunia.

Mimpi yang Tak Tercapai

Bagi Ronaldo, Piala Dunia 2022 adalah kesempatan terakhir untuk melengkapi karier gemilangnya dengan trofi yang paling didambakan. Setelah memenangkan semua gelar besar di level klub dan membawa Portugal juara Euro 2016, impian terbesar Ronaldo adalah membawa trofi Piala Dunia ke negaranya.

Hasil Akhir Tak Selalu...

  • 1
  • 2

Komentar