Meskipun demikian, harus diakui Usyk di pertandingan ini mampu mempertahankan performa yang konsistensinya di sepanjang pertandingan. Mobilitas dan fleksibilitasnya tetap menjadi keunggulan besar, terutama di ronde-ronde akhir.
Fury yang memiliki bobot lebih besar—sekitar 25kg lebih berat dari Usyk—mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Beberapa pengamat juga menyoroti efisiensi teknik Usyk dalam menghindari serangan dan menciptakan peluang counterattack yang efektif.
Hasil pertandingan ini juga memicu perdebatan di kalangan penggemar dan pakar tinju. Sebagian menganggap keputusan wasit adil karena Usyk berhasil menjaga ritme permainan.
Sementara lainnya merasa Fury layak mendapatkan kemenangan berdasarkan agresivitasnya. Kekalahan ini tentu menjadi pukulan bagi Fury yang sebelumnya percaya diri menghadapi Usyk.
Meski demikian, duel ini kembali menegaskan dominasi Oleksandr Usyk di Tinju kelas berat dunia. Sekaligus juga membuat dirinya mampu mempertahankan gelarnya sebagai juara dunia sejati.
Murianews, Kudus – Tyson Fury menelan kekalahan kedua berturut-turut dari Oleksandr Usyk di pertarungan ulang mereka yang berlangsung pada Sabtu (21/12/2024).
Oleksandr Usyk menang dengan keputusan penuh dari ketiga juri pertandinan, yang memberikan skor 116-112 untuk petinju Ukraina itu. Usai pertandingan, Fury dengan tegas menyatakan tidak puas dengan penilaian para juri tersebut.
Dalam wawancara pasca-pertandingan, Fury mengungkapkan kekecewaannya. Petinju asal Inggris itu menyebut hasil ini menjadi hadiah natal bagi Usyk dan para Juri yang bertugas.
"Saya bersumpah kepada Tuhan bahwa saya pikir saya memenangkan pertarungan ini setidaknya dengan tiga ronde. Saya menyerang sepanjang pertandingan, mengambil inisiatif, dan bertarung dengan gaya agresif. Saya merasa ini seperti hadiah Natal untuk Usyk dari para wasit," ujar Fury seperti dilansir Daily Mail.
Kekecewaan yang sama juga disampaikan oleh promotor sekaligus perwakilannya, Frank Warren. Promotor tinju ini bahkan melontarkan kritikan pada para juri yang bertugas di pertandingan ini.
"Seorang wasit tidak memberikan Fury kemenangan satu ronde pun dari ronde ke-6 hingga ronde terakhir. Wasit lain hanya memberikan satu ronde dalam enam ronde terakhir. Ini benar-benar tidak masuk akal," ujar Warren.
Warren bahkan membandingkan skor dari analis lainnya. Menurutnya, Oscar de la Hoya dan dirinya mencatat Fury menang di tiga hingga empat ronde. Hasil ini menurutnya bias.
“Tetapi ini bukan bias yang buta. Fury memanfaatkan keunggulan fisiknya, menyerang tanpa henti, dan menjaga fokusnya sepanjang pertandingan," keluhnya.
Meskipun demikian...
Meskipun demikian, harus diakui Usyk di pertandingan ini mampu mempertahankan performa yang konsistensinya di sepanjang pertandingan. Mobilitas dan fleksibilitasnya tetap menjadi keunggulan besar, terutama di ronde-ronde akhir.
Fury yang memiliki bobot lebih besar—sekitar 25kg lebih berat dari Usyk—mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Beberapa pengamat juga menyoroti efisiensi teknik Usyk dalam menghindari serangan dan menciptakan peluang counterattack yang efektif.
Hasil pertandingan ini juga memicu perdebatan di kalangan penggemar dan pakar tinju. Sebagian menganggap keputusan wasit adil karena Usyk berhasil menjaga ritme permainan.
Sementara lainnya merasa Fury layak mendapatkan kemenangan berdasarkan agresivitasnya. Kekalahan ini tentu menjadi pukulan bagi Fury yang sebelumnya percaya diri menghadapi Usyk.
Meski demikian, duel ini kembali menegaskan dominasi Oleksandr Usyk di Tinju kelas berat dunia. Sekaligus juga membuat dirinya mampu mempertahankan gelarnya sebagai juara dunia sejati.