Kaleidoskop Olahraga 2024
Derby Muria, Memunculkan Hawa Panas di Liga 2 2024/2025
Budi Santoso
Jumat, 27 Desember 2024 11:25:00
Murianews, Kudus – Derby Muria menjadi sorotan di Liga 2 Indonesia 2024/2025/ saat tiga tim asal kawasan Muria bergabung dalam kompetisi. Persijap Jepara, Persiku Kudus, dan Persipa Pati, memunculkan aroma panas di dalam dan di luar lapangan.
Pertandingan yang melibatkan tiga tim ini, sepertinya memang tidak hanya sekedar tentang perebutan tiga poin. Tetapi juga melibatkan gengsi wilayah dan persaingan kelompok suporter yang penuh warna.
Ketiga tim asal Semenanjung Muria ini memiliki rekam jejak yang berbeda di Liga 2. Masing-masing memiliki kultur, basis dukungan dan karakter permainan yang berbeda.
Persijap Jepara tampil sebagai tim paling berpengalaman di persaingan ini. Sebagai mantan kontestan Liga 1, Persijap memiliki sejarah panjang dalam dunia sepak bola nasional. Musim ini, mereka menunjukkan performa solid dengan target utama kembali ke kasta tertinggi.
Persiku Kudus, yang dijuluki Macan Muria, mencoba bangkit setelah beberapa tahun berkutat di level bawah sepak bola nasional. Dengan pelatih baru dan sejumlah pemain muda potensial, mereka berambisi untuk menjadi kuda hitam musim ini.
Lalu, Persipa Pati, meski berstatus tim pendatang baru di persaingan level atas, berhasil mencuri perhatian melalui kerja keras dan strategi tim yang progresif. Mereka mengandalkan sinergi pemain lokal dan semangat tinggi para pembina dan suporter mereka.
Derby Muria dikenal karena memiliki rivalitas tinggi diantara klub. Selain itu juga memunculkan persaingan antar suporter yang kerap memanaskan atmosfer pertandingan.
Tidak Hanya Soal kalah atau menang...
Derby Muria bukan hanya soal strategi dan kemampuan pemain di lapangan. Ini adalah ajang pembuktian siapa yang terbaik di kawasan Muria. Setiap tim membawa kebanggaan daerahnya, sementara suporter berharap kemenangan dapat memperkuat posisi klub mereka di kompetisi.
Di persainan Liga 2 musim ini, Derby Muria menjadi salah satu laga yang paling dinantikan. Selain menyuguhkan aksi di lapangan, pertandingan ini juga mencerminkan semangat sepak bola lokal yang terus berkembang.
Sehingga tidak jarang situasi panas selalu menyertai pertemuan-pertemuan tiga tim ini di Liga 2 2024/2025. Gesekan Suporter Persijap, Persiku, dan Persipa Sepanjang 2024, menunjukan dinamika Rivalitas mereka di Derby Muria.
Tahun 2024 menjadi salah satu musim paling dinamis bagi suporter Persijap Jepara, Persiku Kudus, dan Persipa Pati. Persaingan ketiga klub dalam ajang Derby Muria di Liga 2 menciptakan atmosfer panas baik di dalam maupun luar stadion.
Meskipun sebagian besar pertandingan berjalan kondusif, beberapa insiden sepanjang tahun ini mencerminkan betapa intensnya rivalitas di antara mereka. Derby Muria bisa dikatakan telah membuat sibuk aparat keamanan dan pemangku kebijakan di kawasan Muria.
Gesekan antara suporter Persijap, Persiku dan Persipa sebenarnya bukanlah hal baru. Rivalitas ini memiliki akar panjang yang berawal dari perebutan dominasi sepak bola di kawasan Muria.
Di Liga 2 2024/2025 yang menempatkan tiga tim berada dalam satu grup, sedikit banyak telah memunculkan potensi gesekan yang semakin kalut. Sepanjang tahun 2024, ada sejumlah insiden yang terjadi dengan melibatkan kelompok suporter dari tiga tim di semenanjung Muria ini.
Persiku vs Persijap...
Pada pertemuan pertama antara Persiku dan Persijap di Stadion Wergu Wetan, Kudus, bulan Mei 2024, terjadi ketegangan antar suporter yang melibatkan pelemparan botol di tribun. Insiden ini dipicu oleh ejekan dari suporter tim tamu yang dianggap memprovokasi.
Polisi berhasil membubarkan kerumunan sebelum situasi memburuk. Tetapi insiden ini telah memicu diskusi serius tentang keamanan pertandingan Derby Muria.
Laga panas juga terjadi di Stadion Joyo Kusumo, saat Persipa Pati menjamu Persijap Jepara pada bulan Agustus 2024. Suporter Persijap yang tidak mendapatkan tiket memilih menonton dari luar stadion dan sempat memblokir jalan utama menuju Joyokusumo.
Situasi memanas ketika kelompok suporter Persipa dianggap menghina simbol kota Jepara dalam koreografi mereka. Meski bentrokan fisik dapat dihindari, perang kata-kata di media sosial berlangsung selama berminggu-minggu dan meningkatkan situasi panas antar suporter.
Pertandingan terakhir antara Persijap Jepara dan Persiku Kudus di Stadion GBK Jepara juga memunculan gesekan antar suporter. Ejekan berbasis spanduk dan nyanyian provokatif dari kedua belah pihak menjadi pemandangan yang tidak terhindarkan.
Selain situasi panas di dalam lapangan, Derby Muria di sepanjang tahun 2024 juga menimbulkan rembetan kejadian di luar lapangan. Suporter dari tiga tim ini setidaknya terlibat dalam beberapa insiden di jalanan yang mereka lewati saat memberi dukungan ke tim kesayangannya.
Salah satu insiden terbesar buntut dari Derby Muria terjadi pada bulan Juni 2024, menjelang laga Persiku Kudus dan Persipa Pati. Sejumlah suporter kedua tim terlibat bentrokan di wilayah perbatasan Kudus-Pati, tepatnya di jalan utama menuju Stadion Joyokusumo.
Iring-iringan Suporter...
Peristiwa ini diduga dipicu oleh iring-iringan suporter Persiku yang melintasi wilayah Pati dengan atribut klub. Pelemparan batu dilaporkan terjadi, menyebabkan beberapa kendaraan rusak dan melukai dua orang suporter.
Berikutna, saat Persijap Jepara menjamu Persipa Pati pada bulan Agustus 2024, terjadi insiden perusakan properti di sekitar Stadion Gelora Bumi Kartini (GBK), Jepara. Beberapa kios pedagang kecil di luar stadion menjadi sasaran setelah pertandingan, yang berakhir dengan kekalahan Persipa.
Suporter yang kecewa diduga melampiaskan amarah mereka dengan tindakan destruktif. Insiden ini menuai kecaman dari masyarakat lokal, dan pihak manajemen Persipa kemudian meminta maaf atas ulah sebagian kecil pendukungnya.
Perseteruan suporter dilingkup Derby Muria juga merambah ke aksi vandalisme. Beberapa dinding di kawasan pusat kota Kudus ditemukan penuh dengan coretan bernada provokatif terhadap Persijap Jepara setelah laga pada Oktober 2024.
Pesan-pesan tersebut memuat ejekan kepada tim dan suporter Persijap, yang dianggap membangkitkan tensi persaingan. Manajemen Persiku segera mengecam aksi tersebut dan berjanji akan membantu mencari pelaku.
Selain kejadian fisik, Derby Muria juga menjadikan media sosial sebagai arena ’pertarungan’ bagi pendukung ketiga klub. Akun-akun fanbase suporter kerap terlihat saling serang dengan unggahan bernada provokatif, ejekan terhadap hasil pertandingan, hingga hinaan pribadi kepada pemain dan pelatih lawan.
Perang Komentar...
Perang komentar di media sosoal ini akhirnya sering menyulut emosi yang kemudian terbawa ke dunia nyata. Dalam konteks kehidupan sosial hal ini tentu saja menjadi keprihatinan bersama.
Gesekan suporter ini memberi dampak pada citra ketiga klub. Banyak yang mengkritik manajemen klub karena dianggap kurang aktif dalam mendorong inisiatif perdamaian di antara para pendukung. Namun, beberapa langkah mulai diambil.
Persijap meluncurkan kampanye “Satu Muria” untuk mengajak suporter menjaga perdamaian. Persiku menggelar dialog terbuka dengan perwakilan suporter untuk meredam tensi. Persipa memperketat regulasi stadion untuk menghindari provokasi saat Derby Muria.
Meski rivalitas suporter akan menciptakan atmosfer unik dalam pertandingan sepak bola, gesekan antar suporter tetap menjadi masalah dalam kehidupan bermasyarakat. Ketua PSSI Jawa Tengah menyatakan akan menginisiasi pertemuan trilateral antara manajemen ketiga klub dan perwakilan suporter untuk mencari solusi bersama menjelang musim 2025.
Gesekan suporter di Derby Muria mencerminkan semangat kompetitif yang tinggi, tetapi perlu diimbangi dengan kedewasaan dalam mendukung tim. Sepak bola seharusnya menjadi ajang persatuan, bukan perpecahan. Semoga di masa mendatang, Derby Muria tetap menjadi pertandingan penuh gengsi tanpa diwarnai konflik yang merugikan semua pihak.



