Roy Keane yang juga hadir sebagai pengamat juga menyampaikan penilaian serupa. Meskipun demikian, semua akan kembali pada keputusan manajemen Tottenham Hotspur.
“Kalah di 21 pertandingan sangat sulit diterima. Jika dia memenangkan gelar, mungkin ini saat yang tepat untuk pergi dengan kepala tegak,” ujar Keane.
Kendati demikian, membawa Tottenham Hotspur merebut gelar juara di kompetisi Eropa untuk pertama kalinya dalam hampir dua dekade bukanlah pencapaian kecil. Kemenangan ini juga menjadi simbol perubahan citra klub dari tim yang sering dicap sebagai ‘spesialis gagal’ menjadi penakluk tim besar seperti Manchester United di panggung Eropa.
Murianews, Kudus – Tottenham Hotspur mengakhiri penantian panjang selama 17 tahun tanpa gelar setelah mengalahkan Manchester United 1-0 di final Liga Europa. Brennan Johnson mencetak gol penentu dalam sebuah kemelut di depan gawang MU.
Kemenangan Hotspur menjadi perhatian besar di Eropa, mengingat performa Tottenham di Liga Premier musim ini sangat mengecewakan. Hingga pekan ke-37, Spurs hanya menempati peringkat ke-17 klasemen sementara dengan mencatatkan 21 kekalahan.
Dalam siaran CBS Sports, mantan kapten Manchester United Roy Keane tak melewatkan momen untuk menyampaikan pernyataan tajam. Keane langsung memunculkan ejekan untuk Arsenal, rival sekota Hotspur yang menutup musim tanpa trofi.
“Spurs telah memenangkan lebih banyak trofi daripada Arsenal musim ini. Mereka selalu dikritik, tetapi malam ini mereka tidak lagi menjadi ‘Tottenham yang biasa’. Mereka bertahan dengan baik, tidak terlalu tajam di lini depan, tapi mereka menang, dan itu yang paling penting,” ujar Keane.
Pernyataan tersebut merupakan sindiran terhadap reputasi lama Tottenham yang dikenal sering gagal di momen-momen krusial. Namun demikian, sukses meraih trofi, masa depan pelatih Ange Postecoglou tetap masih belum pasti.
Bahkan sebelum laga final, baik Roy Keane maupun Jamie Carragher memprediksi bahwa pelatih asal Australia itu bisa saja dilepas pada akhir musim. Catatan yang ditorehkan Postecoglou tidak mencerminkan sebuah alasan untuk bisa dipertahankan.
“Saya tidak akan terkejut jika dia tidak lagi menjadi manajer Spurs musim depan,” kata Carragher dalam siaran CBS Sport.
Sulit diterima...
Roy Keane yang juga hadir sebagai pengamat juga menyampaikan penilaian serupa. Meskipun demikian, semua akan kembali pada keputusan manajemen Tottenham Hotspur.
“Kalah di 21 pertandingan sangat sulit diterima. Jika dia memenangkan gelar, mungkin ini saat yang tepat untuk pergi dengan kepala tegak,” ujar Keane.
Kendati demikian, membawa Tottenham Hotspur merebut gelar juara di kompetisi Eropa untuk pertama kalinya dalam hampir dua dekade bukanlah pencapaian kecil. Kemenangan ini juga menjadi simbol perubahan citra klub dari tim yang sering dicap sebagai ‘spesialis gagal’ menjadi penakluk tim besar seperti Manchester United di panggung Eropa.