Gelandang muda berusia 20 tahun milik PSG ini memang tampil luar biasa. Mbappe malah seperti tampak terisolasi dari permainan. Sedangkan kombinasi Vinicius dan Jude Bellingham justru terlihat lebih mengalir ketika Gonzalo Garcia menjadi ujung tombak di babak pertama.
Keputusan memaksa Mbappe tampil saat belum pulih sepenuhnya pulih dari masalah lambung, sepertinya malah menjadi sebuah blunder. Harapannya untuk memberi luka balik pada PSG justru berubah menjadi momen memalukan bagi dirinya.
Ousmane Dembele, sebaliknya, adalah simbol transformasi PSG. Dengan 35 gol musim ini dan peran defensif yang konsisten, pemain ini menjelma menjadi pemain serba bisa yang tak terbayangkan. Sebuah hal yang jauh bisa dilihat dibanding saat masih di Barcelona.
Real Madrid dan Mbappe jelas tak bisa mengimbangi. Ketika Valverde terpaksa turun sebagai bek kanan karena cedera Trent Alexander Arnold, Kvaratskhelia dan Desire Doue langsung menjadi pihak dari PSG yang mengeksploitasi sisi tersebut tanpa ampun.
Lini tengah Madrid kehilangan kendali, kalah total dari trio Vitinha – Neves – Ruiz yang mendikte permainan tanpa kesulitan. Madrid kini harus mengevaluasi diri lebih dalam lagi. Xabi Alonso masih harus banyak bereksperimen untuk menampung para bintangnya.
Tekanan jelas akan bertambah pada Mbappe usai laga ini. Sementara Dembele sepertinya semakin mendapatkan habitat cocok untuk bisa terus berkembang menjadi besar. Mbappe bisa jadi mulai berada dibawah bayang-bayang Dembele.
Murianews, Kudus – Laga semifinal Piala Dunia Antarklub 2025 memberi sebuah kepahitan bagi Kylian Mbappe dan Real Madrid. Raksasa Spanyol harus keluar dari turnamen dengan perasaan malu, dan Mbappe kini seperti berada di bawah bayang-bayang Dembele.
Laga PSG vs Madrid seperti menjadi pertemuan emosional bagi Kylian Mbappe dan Ousmane Dembele, ketika keduanya disebut-sebut sebagai calon kuat peraih Ballon d’Or 2025. Tapi di laga ini Mbappe bisa dikatakan tersungkur, sementara Ousmane Dembele sukses mencuri perhatian.
Paris Saint Germain (PSG) mempermalukan Real Madrid dengan skor telak 4-0. Ousmane Dembele di laga ini seperti memberi sebuah pesona yang langsung memadamkan kekuatan Mbappe. Disaat PSG menyuguhkan dominasi total, Real Madrid malah muncul sebagai tim yang kehilangan arah.
Sejak menit awal, tekanan PSG tak tertahankan. Dalam waktu 24 menit, Real Madrid nyaris kehabisan napas. Water Brake, bahkan dilakukan enam menit lebih awal dari jadwal, bukan karena cuaca, melainkan karena Madrid tampak benar-benar terpukul.
Para pemain Los Blancos tertatih menuju sisi lapangan, menggenggam botol air, yang seolah itu satu-satunya harapan bagi mereka. Xabi Alonso hanya bisa terpaku, tatapannya kosong saat mencoba menemukan jawaban yang tidak pernah datang.
PSG tampil anggun tetapi juga kejam di pertandingan ini. Gol kedua Fabian Ruiz yang tercipta dari kombinasi indah antara Dembele dan Hakimi menjadi gambaran, betapa sistem Luis Enrique bekerja nyaris sempurna. Gol ini menandai betapa Dembele telah berubah menjadi sosok yang lebih lengkap dan matang.
Sementara itu, Mbappe justru mengalami malam terburuknya sejak berseragam Madrid. Dalam upaya balas dendam terhadap mantan klubnya, pemain ini justru kehilangan dirinya di sepanjang laga. Di menit ke-38, percobaan khasnya memotong dari sisi kiri dihentikan tekel sempurna oleh Joao Neves.
Mbappe Terisolasi...
Gelandang muda berusia 20 tahun milik PSG ini memang tampil luar biasa. Mbappe malah seperti tampak terisolasi dari permainan. Sedangkan kombinasi Vinicius dan Jude Bellingham justru terlihat lebih mengalir ketika Gonzalo Garcia menjadi ujung tombak di babak pertama.
Keputusan memaksa Mbappe tampil saat belum pulih sepenuhnya pulih dari masalah lambung, sepertinya malah menjadi sebuah blunder. Harapannya untuk memberi luka balik pada PSG justru berubah menjadi momen memalukan bagi dirinya.
Ousmane Dembele, sebaliknya, adalah simbol transformasi PSG. Dengan 35 gol musim ini dan peran defensif yang konsisten, pemain ini menjelma menjadi pemain serba bisa yang tak terbayangkan. Sebuah hal yang jauh bisa dilihat dibanding saat masih di Barcelona.
Real Madrid dan Mbappe jelas tak bisa mengimbangi. Ketika Valverde terpaksa turun sebagai bek kanan karena cedera Trent Alexander Arnold, Kvaratskhelia dan Desire Doue langsung menjadi pihak dari PSG yang mengeksploitasi sisi tersebut tanpa ampun.
Lini tengah Madrid kehilangan kendali, kalah total dari trio Vitinha – Neves – Ruiz yang mendikte permainan tanpa kesulitan. Madrid kini harus mengevaluasi diri lebih dalam lagi. Xabi Alonso masih harus banyak bereksperimen untuk menampung para bintangnya.
Tekanan jelas akan bertambah pada Mbappe usai laga ini. Sementara Dembele sepertinya semakin mendapatkan habitat cocok untuk bisa terus berkembang menjadi besar. Mbappe bisa jadi mulai berada dibawah bayang-bayang Dembele.