Wejangan Luis Enrique untuk Mbappe Menjadi Kenyataan
Budi Santoso
Kamis, 10 Juli 2025 19:20:00
Murianews, Kudus – Kekalahan Real Madrid dari PSG dengan skor memalukan, 0-4 membuat sorotan buruk jatuh pada Kylian Mbappe. Media-media di Eropa mengulik bagaimana seorang Mbappe kini mendapatkan predikat sebagai bintang yang gagal.
Semifinal Piala Dunia Antarklub antara Real Madrid vs PSG nyatanya memang bukan hanya pertarungan dua tim raksasa Eropa. Tetapi juga menjadi ajang pembuktian filosofi permainan kolektif ala Luis Enrique. Di laga ini, filosofi kolektif ala Enrique berhasil merebut hasil gemilang.
Sementara disisi lain, bintang andalan Madrid, Kylian Mbappe langsung berada di situasi sebagai sosok yang dinilai gagal. Fakta bahwa Mbappe adalah mantan pemain PSG yang memilih pergi dengan latar belakang yang tidak bagus, menambah keterpurukannya di laga ini.
Kylian Mbappe, bintang besar Real Madrid, kekuatan individu di Los Blancos, tampil lesu dan nyaris tak terlihat kontribusinya dalam situasi bertahan timnya. Sedankan di PSG, Ousmane Dembele, yang pernah dianggap tidak konsisten, justru tampil luar biasa. Menekan ganas dan bertahan dengan tegas.
Kekalahan Real Madrid ini langsung membuat media-media di Eropa mengingatkan kembali bagaimana seorang Luis Enrique memberikan nasehat pada Mbappe. Saat itu Mbappe masih di PSG, dan memiliki hasrat besar untuk meninggalkan klub ibukota Prancis.
Sebagai bintang besar di PSG saat itu, Luis Enrique mengingatkan Mbappe untuk berupaya bisa melakukan semua aspek permainan. Tidak hanya bertahan, tetapi juga harus bisa liat saat membantu pertahanan disaat tim mengalami tekanan.
“Kamu menyukai Michael Jordan, bukan? Michael Jordan memiliki seluruh tim di tangannya dan bertahan seperti orang gila sejati,” ujar Enrique, yang meminta agar Mbappe bersedia melakukan semua aspek di permainan sepak bola. Tidak hanya mencetak gol, tapi juga bertahan dan menekan.
Mengabaikan...
Namun, Mbappe sepertinya mengabaikan nasihat Luis Enrique itu. Dalam bulan-bulan terakhirnya di PSG, hingga musim pertamanya di Real Madrid, Mbappe tak dikenal sebagai pemain yang rela bekerja keras dalam fase tanpa bola.
Ketika PSG melibas lini tengah Madrid seperti sesi latihan di laga ini, Mbappe terlihat lebih banyak berjalan. Mbappe beberapa kali mencoba menunjukan kecepatan dan kekuatannya, namun selalu gagal. Berbeda dengan Dembele, yang berani liat dalam bertahan dan kuat saat menyerang.
Beberapa hari sebelum pertandingan PSG vs Real Madrid, Enrique juga sempat mengemukakan pendapat yang juga berkaitan dengan keberadaan Mbappe. Pelatih asal Spanyol ini menyatakan sangat siap menangani PSG, meski Mbappe pergi meninggalkan klub.
“Saya pikir saya sangat berani untuk mengatakan bahwa kami akan memiliki tim yang lebih baik tanpa Mbappe. Sampai sekarang, saya masih memegang kata-kata saya itu, angka-angkanya telah terbukti… Saya lebih suka memiliki empat pemain yang masing-masing mencetak 12 gol daripada satu yang mencetak 40 gol,” ujar Enrique.
Luis Enrique memang dikenal sebagai pelatih yang memiliki filosofi permainan kolektif. Dirinya tidak ingin timnya hanya bergantung pada satu dua pemain bintang, termasuk Mbappe. Tetapi lebih pada kinerja kolektif yang berani dan solid.
Kerja kolektif di PSG ala Enrique kini tercermin dari bagaimana Dembele, Vitinha, dan Kolo Muani bekerja. Pendekatan Enrique adalah permainan yang saling menutup ruang, menekan bersamaan dan menciptakan peluang dari kerja sama, bukan hanya dari kejeniusan pemain bintang semata.
Setelah laga ini, sudah seharusnya Kylian Mbappe mulai mempercayai nasehat yang disampaikan Luis Enrique. Di Real Madrid, tekanan pada diriya dipastikan akan semakin besar. Mencetak banyak gol bukan menjadi jaminan dirinya bisa menjadi semakin menjulang.
Jika Mbappe ingin mendapatkan nama besar di Madrid, sekedar mencetak gol saja tidak akan cukup. Bintang asal Prancis ini harus bisa bermain lebih kompleks lagi. Mencoba untuk bisa tampil baik di semua aspek pertandingan sepak bola.
Murianews, Kudus – Kekalahan Real Madrid dari PSG dengan skor memalukan, 0-4 membuat sorotan buruk jatuh pada Kylian Mbappe. Media-media di Eropa mengulik bagaimana seorang Mbappe kini mendapatkan predikat sebagai bintang yang gagal.
Semifinal Piala Dunia Antarklub antara Real Madrid vs PSG nyatanya memang bukan hanya pertarungan dua tim raksasa Eropa. Tetapi juga menjadi ajang pembuktian filosofi permainan kolektif ala Luis Enrique. Di laga ini, filosofi kolektif ala Enrique berhasil merebut hasil gemilang.
Sementara disisi lain, bintang andalan Madrid, Kylian Mbappe langsung berada di situasi sebagai sosok yang dinilai gagal. Fakta bahwa Mbappe adalah mantan pemain PSG yang memilih pergi dengan latar belakang yang tidak bagus, menambah keterpurukannya di laga ini.
Kylian Mbappe, bintang besar Real Madrid, kekuatan individu di Los Blancos, tampil lesu dan nyaris tak terlihat kontribusinya dalam situasi bertahan timnya. Sedankan di PSG, Ousmane Dembele, yang pernah dianggap tidak konsisten, justru tampil luar biasa. Menekan ganas dan bertahan dengan tegas.
Kekalahan Real Madrid ini langsung membuat media-media di Eropa mengingatkan kembali bagaimana seorang Luis Enrique memberikan nasehat pada Mbappe. Saat itu Mbappe masih di PSG, dan memiliki hasrat besar untuk meninggalkan klub ibukota Prancis.
Sebagai bintang besar di PSG saat itu, Luis Enrique mengingatkan Mbappe untuk berupaya bisa melakukan semua aspek permainan. Tidak hanya bertahan, tetapi juga harus bisa liat saat membantu pertahanan disaat tim mengalami tekanan.
“Kamu menyukai Michael Jordan, bukan? Michael Jordan memiliki seluruh tim di tangannya dan bertahan seperti orang gila sejati,” ujar Enrique, yang meminta agar Mbappe bersedia melakukan semua aspek di permainan sepak bola. Tidak hanya mencetak gol, tapi juga bertahan dan menekan.
Mengabaikan...
Namun, Mbappe sepertinya mengabaikan nasihat Luis Enrique itu. Dalam bulan-bulan terakhirnya di PSG, hingga musim pertamanya di Real Madrid, Mbappe tak dikenal sebagai pemain yang rela bekerja keras dalam fase tanpa bola.
Ketika PSG melibas lini tengah Madrid seperti sesi latihan di laga ini, Mbappe terlihat lebih banyak berjalan. Mbappe beberapa kali mencoba menunjukan kecepatan dan kekuatannya, namun selalu gagal. Berbeda dengan Dembele, yang berani liat dalam bertahan dan kuat saat menyerang.
Beberapa hari sebelum pertandingan PSG vs Real Madrid, Enrique juga sempat mengemukakan pendapat yang juga berkaitan dengan keberadaan Mbappe. Pelatih asal Spanyol ini menyatakan sangat siap menangani PSG, meski Mbappe pergi meninggalkan klub.
“Saya pikir saya sangat berani untuk mengatakan bahwa kami akan memiliki tim yang lebih baik tanpa Mbappe. Sampai sekarang, saya masih memegang kata-kata saya itu, angka-angkanya telah terbukti… Saya lebih suka memiliki empat pemain yang masing-masing mencetak 12 gol daripada satu yang mencetak 40 gol,” ujar Enrique.
Luis Enrique memang dikenal sebagai pelatih yang memiliki filosofi permainan kolektif. Dirinya tidak ingin timnya hanya bergantung pada satu dua pemain bintang, termasuk Mbappe. Tetapi lebih pada kinerja kolektif yang berani dan solid.
Kerja kolektif di PSG ala Enrique kini tercermin dari bagaimana Dembele, Vitinha, dan Kolo Muani bekerja. Pendekatan Enrique adalah permainan yang saling menutup ruang, menekan bersamaan dan menciptakan peluang dari kerja sama, bukan hanya dari kejeniusan pemain bintang semata.
Setelah laga ini, sudah seharusnya Kylian Mbappe mulai mempercayai nasehat yang disampaikan Luis Enrique. Di Real Madrid, tekanan pada diriya dipastikan akan semakin besar. Mencetak banyak gol bukan menjadi jaminan dirinya bisa menjadi semakin menjulang.
Jika Mbappe ingin mendapatkan nama besar di Madrid, sekedar mencetak gol saja tidak akan cukup. Bintang asal Prancis ini harus bisa bermain lebih kompleks lagi. Mencoba untuk bisa tampil baik di semua aspek pertandingan sepak bola.