Dele Alli yang saat ini berusia 29 tahun, bahkan dikabarkan sudah menghadapi kemungkinan untuk pensiun. Menurut laporan Gazzetta dello Sport, karier Alli saat ini bahkan bisa disebut semakin mendekati jalan buntu.
Pelatih Como, Cesc Fabregas bakan memerintahkan Dele Alli berlatih terpisah, jauh dari rekan-rekannya yang menjadi bagian utama skuad Como Italia. Kebijakan ini jelas saja seperti menjadi sebuah bayang-bayang kelam masa lalunya.
Kenyataan ini jelas menjadi sebuah fakta yang mencengangkan dan tragis, mengingat bagaimana Dele Alli di masa lalu berkarir. Pemain ini pernah mencetak 18 gol dalam satu musim di Liga Inggris pada 2016/2017, dan menjadi andalan Tottenham Hotspur saat finis di posisi kedua.
Dele Alli juga sempat dianggap sebagai jawaban masa depan timnas Inggris karena dianggap sebagai salah satu simbol dari sebuah generasi emas Inggris. Tetapi semuanya berubah drastis sejak meninggalkan Hotspur ke Everton pada 2021.
Di Everton, kemapuan Dele Alli seperti menguap tak berbekas. Penampilannya minim, tanpa kontribusi nyata, sampai akhirnya dipinjamkan ke klub Turki, Besiktas, pada musim 2022/23. Namun di Turki, kebangkitannya tidak pernah terjadi. Pemain ini mengalami banyak insiden cedera, membuat performanya semakin hilang.
Murianews, Kudus — Dele Alli adalah mantan bintang sepak bola besar. Tetapi karinya kini berada di ujung tanduk. Pelatih Como, Cesc Fabregas dikabarkan sudah tidak lagi respek dengan eks bintang Timnas Inggris dan Tottenham Hotspur ini.
Dele Alli yang saat ini berusia 29 tahun, bahkan dikabarkan sudah menghadapi kemungkinan untuk pensiun. Menurut laporan Gazzetta dello Sport, karier Alli saat ini bahkan bisa disebut semakin mendekati jalan buntu.
Di klub Serie A, Como, yang dilatih Cesc Fabregas, pemain ini bahkan tidak mendapatkan tempat lagi. Dele Alli disebut tidak masuk dalam rencana besar dari Fabregas. Sejak debut kacaunya di Como, Delle Alli tidak lagi mendapatkan kejelasan posisinya di Como 1907.
Pelatih Como, Cesc Fabregas bakan memerintahkan Dele Alli berlatih terpisah, jauh dari rekan-rekannya yang menjadi bagian utama skuad Como Italia. Kebijakan ini jelas saja seperti menjadi sebuah bayang-bayang kelam masa lalunya.
Kenyataan ini jelas menjadi sebuah fakta yang mencengangkan dan tragis, mengingat bagaimana Dele Alli di masa lalu berkarir. Pemain ini pernah mencetak 18 gol dalam satu musim di Liga Inggris pada 2016/2017, dan menjadi andalan Tottenham Hotspur saat finis di posisi kedua.
Dele Alli juga sempat dianggap sebagai jawaban masa depan timnas Inggris karena dianggap sebagai salah satu simbol dari sebuah generasi emas Inggris. Tetapi semuanya berubah drastis sejak meninggalkan Hotspur ke Everton pada 2021.
Di Everton, kemapuan Dele Alli seperti menguap tak berbekas. Penampilannya minim, tanpa kontribusi nyata, sampai akhirnya dipinjamkan ke klub Turki, Besiktas, pada musim 2022/23. Namun di Turki, kebangkitannya tidak pernah terjadi. Pemain ini mengalami banyak insiden cedera, membuat performanya semakin hilang.
Gabung Como...
Setelah kontraknya di Everton berakhir pada 2024, Dele Alli mencoba lembaran saat bergabung dengan Como. Tetapi, debutnya malah berujung bencana, pemai ini menerima kartu merah hanya 10 menit setelah masuk ke lapangan.
Sejak Dele Alli melakukan tekel brutal terhadap Ruben Loftus-Cheek, namanya dihilangkan oleh Fabregas di daftar pemain Como. Hingga saat ini, ditengah kesibukan Como menjalani persiapan musim baru, namanya bahkan disingkirkan oleh Fabregas.
Di Como, saat ini Dele Alli dikabarkan harus berlatih sendiri. Disisi lain juga tidak ada klub yang menawar dirinya. Kemampuannya juga tidak menunjukan adanya kemunginan bangkit lagi. Di Como, Dele Alli disebut sudah tidak memiliki semangat untuk bangkit lagi.
Situasi ini membuat Dele Alli benar-benar mempertimbangkan pensiun dini, meski usia belum genap tiga puluh tahun. Dalam wawancaranya dengan Gary Neville di tahun 2023, Dele Alli pernah menceritakan masa kelamnya di masa lalu.
Kepada Gary Nevile, saat itu Dele Alli menyatakan pernah mengalami pelecehan seksual saat kecil, kecanduan obat tidur, hingga masa-masa kelam di pusat rehabilitasi. Pemain ini bahkan sudah berpikir untuk pensiun sepak bola disaat usianya baru menginjak 24 tahun.
Kini, dengan situasinya di Como, Dele Alli benar-benar menghadapi sebuah tantangan berat. Disaat performanya memudar, Dele Alli seperti tersingkir dalam kesunyian. Harus berlatih sendiri di pinggir lapangan, dan meratapi semua dalam sunyi di kesendirian.