Flick dikenal dengan gaya kepemimpinan tegas dan menuntut tanggung jawab penuh dari semua pemain. Namun, pendekatan itu sering berbenturan dengan kebijakan klub yang cenderung “memanjakan” bintang-bintang mudanya.
Meski hubungan Flick dengan Presiden Joan Laporta dan Direktur Olahraga Deco disebut masih baik, perbedaan pandangan tetap jadi jurang besar. “Ego membunuh kesuksesan,” adalah kalimat yang konon sering diulang Flick di ruang staf, yang menjadi sebuah peringatan halus, budaya tim lebih penting daripada nama besar.
Apakah musim panas nanti akan jadi akhir petualangan Flick di Barcelona? Jika benar, maka kepergiannya akan menandai babak baru yang penuh tanda tanya, tidak hanya hanya bagi klub, tapi juga bagi masa depan proyek kebangkitan Blaugrana yang kembali goyah.
Murianews, Kudus – Rumor tak sedap berembus dari Camp Nou. Menurut laporan ABC Spanyol, pelatih Barcelona, Hansi Flick, dikabarkan berencana meninggalkan klub begitu musim ini berakhir. Alasannya? Pelatih asal Jerman inni merasa kelelahan mental dan frustrasi terhadap atmosfer ruang ganti Barcelona yang mulai buruk.
Hansi Flick awalnya datang dengan misi besar, membangun kembali kejayaan Barcelona dalam tiga tahun. Namun, yang ia temukan justru lingkungan yang dianggapnya kehilangan arah. Sumber yang dekat dengan Flick, menybut dirinya merasa mulai terasing karena menurunnya profesionalisme dan solidaritas di skuad Blaugrana.
“Dia melihat tim yang makin sibuk dengan citra dan media sosial ketimbang kerja keras di lapangan,” tulis laporan itu. Bagi Flick, masalah ini bukan soal hasil pertandingan, tapi soal budaya yang mulai luntur, ruang ganti yang lebih sering membahas followers daripada formasi.
Di tengah rumor buruk itu, satu nama pemain muda jadi pusat perbincangan, yakni Lamine Yamal. Bakatnya luar biasa, tapi sikapnya disebut-sebut bikin kepala Hansi Flick pening. Masih menurut laporan yang sama, Flick kecewa karena klub terlalu lunak terhadap Yamal dan mendapat perlakuan khusus.
Beberapa insiden diyakini telah memperkeruh suasana, dari perjalanan pribadi Yamal ke Milan usai kalah dari Real Madrid, sampai syuting iklan ketika masih dalam masa pemulihan cedera. Masalah kecil seperti penggunaan fasilitas staf hingga makan terpisah dari rekan setim ikut memperlebar jarak.
Paling akhir adalah saat Yamal berkomentar spontan di Twitch yang menyindir Real Madrid. Hingga menimbulkan perseteruan panas di El Clasico, dan membuat pihak klub harus turun tangan untuk meredam reaksi publik.
Di luar lapangan, kehidupan pribadi Yamal yang ramai dibicarakan, termasuk perpisahannya dengan penyanyi Nicki Nicole, juga membuat muak Hansi Flick. Sumber internal menyebut, akar persoalan bukan sekadar disiplin, tapi benturan nilai.
Tegas dan Disiplin...
Flick dikenal dengan gaya kepemimpinan tegas dan menuntut tanggung jawab penuh dari semua pemain. Namun, pendekatan itu sering berbenturan dengan kebijakan klub yang cenderung “memanjakan” bintang-bintang mudanya.
Meski hubungan Flick dengan Presiden Joan Laporta dan Direktur Olahraga Deco disebut masih baik, perbedaan pandangan tetap jadi jurang besar. “Ego membunuh kesuksesan,” adalah kalimat yang konon sering diulang Flick di ruang staf, yang menjadi sebuah peringatan halus, budaya tim lebih penting daripada nama besar.
Apakah musim panas nanti akan jadi akhir petualangan Flick di Barcelona? Jika benar, maka kepergiannya akan menandai babak baru yang penuh tanda tanya, tidak hanya hanya bagi klub, tapi juga bagi masa depan proyek kebangkitan Blaugrana yang kembali goyah.