Masing-masing Bhayangkara FC yang sekarang berganti nama jadi Bhayangkara Presisi Lampung FC, PSIM Yogyakarta, dan Persijap Jepara. Ketiga tim ini akan memperkaya persaingan Liga 1 musim depan dengan karakter dan sejarah masing-masing.
Bhayangkara FC membawa ambisi besar dengan modal finansial dan skuat kuat, PSIM Yogyakarta membawa semangat sejarah dan budaya. Sementara Persijap Jepara menampilkan kebangkitan dan semangat juang masyarakat Jepara.
Bhayangkara FC menjadi tim pertama yang memastikan tiket promosi setelah tampil dominan di babak 8 besar Pegadaian Liga 2. Bhayangkara FC sukses memastikan promosi ke Liga 1 musim 2025/2026 setelah hanya menjalani satu musim di Liga 2.
Keberhasilan ini diraih setelah mereka menahan imbang 0-0 melawan Persijap Jepara pada pertandingan matchday kelima Grup Y babak delapan besar Liga 2 di Stadion Gelora Bumi Kartini, Jepara, pada 12 Februari 2025.
Hasil imbang tersebut sudah cukup membawa Bhayangkara FC mengoleksi sembilan poin dan tak terkejar oleh tim pesaing, sehingga mereka otomatis lolos ke Liga 1 musim depan.
Murianews, Kudus – Sebanyak tiga klub dari Liga 2 berhasil naik kasta atau promosi ke Liga 1 musim kompetisi 2025/2026.
Masing-masing Bhayangkara FC yang sekarang berganti nama jadi Bhayangkara Presisi Lampung FC, PSIM Yogyakarta, dan Persijap Jepara. Ketiga tim ini akan memperkaya persaingan Liga 1 musim depan dengan karakter dan sejarah masing-masing.
Bhayangkara FC membawa ambisi besar dengan modal finansial dan skuat kuat, PSIM Yogyakarta membawa semangat sejarah dan budaya. Sementara Persijap Jepara menampilkan kebangkitan dan semangat juang masyarakat Jepara.
Berikut ulasan ketiga klub pendatang baru Liga 1 musim depan, dilansir dari laman Liga Indonesia Baru.
Bhayangkara Presisi Lampung FC

Bhayangkara FC menjadi tim pertama yang memastikan tiket promosi setelah tampil dominan di babak 8 besar Pegadaian Liga 2. Bhayangkara FC sukses memastikan promosi ke Liga 1 musim 2025/2026 setelah hanya menjalani satu musim di Liga 2.
Keberhasilan ini diraih setelah mereka menahan imbang 0-0 melawan Persijap Jepara pada pertandingan matchday kelima Grup Y babak delapan besar Liga 2 di Stadion Gelora Bumi Kartini, Jepara, pada 12 Februari 2025.
Hasil imbang tersebut sudah cukup membawa Bhayangkara FC mengoleksi sembilan poin dan tak terkejar oleh tim pesaing, sehingga mereka otomatis lolos ke Liga 1 musim depan.
Pelatih Bhayangkara FC Hanim Sugiarto, menyatakan rasa syukur dan bangganya atas pencapaian tim yang kembali ke Liga 1 dengan kerja keras seluruh pemain, ofisial, dan manajemen.
Laskar Mataram...
Ia menilai perjalanan di Liga 2 musim ini tidak mudah, namun perjuangan semua pihak membuat mereka berhasil kembali ke kasta tertinggi sepak bola Indonesia.
Promosi Bhayangkara FC ini menjadi momentum penting untuk klub yang sebelumnya terdegradasi pada musim lalu setelah finis di posisi ke-17 BRI Liga 1. Pada musim depan, Bhayangkara FC akan berkandang di Lampung, Sumatera Selatan.
PSIM Yogyakarta

PSIM Yogyakarta keluar sebagai juara Pegadaian Liga 2 setelah mengalahkan Bhayangkara FC di final. Klub legendaris ini memiliki sejarah panjang sejak berdiri pada 1929 dan merupakan salah satu pendiri PSSI.
PSIM dikenal sebagai Laskar Mataram dengan basis suporter fanatik dan warisan budaya yang kuat. Kembalinya PSIM ke Liga 1 setelah 18 tahun menunggu menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Yogyakarta.
Caretaker pelatih Erwan Hendarwanto menyebut promosi ini sebagai rezeki dan hasil kerja keras seluruh elemen klub.
Didirikan pada 5 September 1929 dengan nama Perserikatan Sepakraga Mataram (PSM), PSIM kemudian berganti nama menjadi Perserikatan Sepak Bola Indonesia Mataram pada 27 Juli 1930 sebagai bagian dari semangat pergerakan kemerdekaan Indonesia.
PSIM merupakan salah satu dari tujuh perserikatan yang mencetuskan pendirian PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) pada 19 April 1930 di Yogyakarta, menandai peran penting mereka sebagai pionir sepak bola nasional.
Sepanjang sejarahnya, PSIM pernah menjuarai Kompetisi Perserikatan pada 1932 dan Divisi Satu Liga Indonesia pada 2005.
Namun, pencapaian terbaru yang paling membanggakan adalah keberhasilan mereka menjadi juara Pegadaian Liga 2 pada 26 Februari 2025, sekaligus memastikan promosi ke Liga 1 setelah menunggu selama 18 tahun.
Sejarah Baru...
PSIM juga dikenal memiliki basis suporter yang fanatik, seperti Brajamusti dan The Maident, yang selalu memberikan dukungan penuh.
Kembalinya PSIM ke Liga 1 tidak hanya menambah persaingan di kasta tertinggi sepak bola Indonesia, tetapi juga menghidupkan kembali kebanggaan masyarakat Yogyakarta akan klub kebanggaannya yang bersejarah dan penuh perjuangan.
Sebagai salah satu klub tertua dan bersejarah di Indonesia, PSIM Yogyakarta siap menorehkan babak baru dalam perjalanan sepak bolanya di Liga 1 musim 2025/26.
Persijap Jepara

Persijap Jepara mengamankan tiket promosi setelah menjuarai perebutan tempat ketiga Pegadaian Liga 2 dengan mengalahkan PSPS Pekanbaru 1-0.
Persijap, yang dikenal sebagai Laskar Kalinyamat, memiliki akar sejarah sejak 1954 dan identik dengan budaya Jepara, kota pengrajin mebel dan ukiran kayu.
Klub ini sempat mengalami masa sulit dan degradasi, namun kini bangkit kembali dengan dukungan suporter fanatik seperti Banaspati dan Jetman. Gol Leo Lelis di laga penentuan menjadi simbol kebangkitan Persijap ke Liga 1 setelah absen sejak 2014.
Sepak bola di Jepara sudah berakar sejak era penjajahan Belanda pada 1930-an, ketika muncul dua klub bentukan pemuda setempat, yakni PS. Sinar Laut dan Alsides.
Meski kedua klub itu bubar saat masa pendudukan Jepang, kecintaan masyarakat Jepara terhadap sepak bola terus tumbuh dan berkembang.
Pada 11 April 1954, atas inisiatif Bupati Jepara saat itu, Sahlan Ridwan, Persatuan Sepak Bola Indonesia Jepara (Persijap) resmi berdiri sebagai wadah resmi klub sepak bola Kabupaten Jepara.
Legenda Kamal Junaidi...
Jepara, yang dikenal sebagai sentra industri mebel dan ukiran kayu, mencerminkan identitasnya lewat logo Persijap yang mengusung motif ukiran khas Jepara, simbol kekayaan budaya dan kreativitas daerah.
Stadion Gelora Bumi Kartini, markas Persijap, menjadi saksi bisu perjuangan klub ini, menampung sekitar 8.570 penonton yang setia mendukung setiap laga.
Persijap pernah menorehkan prestasi gemilang, seperti juara Piala Suratin tiga kali (1982, 1998, 2002), serta konsistensi di kompetisi kasta tertinggi Liga Indonesia.
Namun, perjalanan tidak selalu mulus. Krisis pada 2014 membuat Persijap terdegradasi dan harus berjuang keras di Liga 3 dan Liga 2 selama bertahun-tahun.
Meski demikian, semangat juang dan dukungan suporter setia seperti Banaspati dan Jetman tidak pernah padam, menjadi bahan bakar kebangkitan Persijap.
Legenda seperti Kamal Junaidi, yang namanya diabadikan sebagai nama stadion pertama di Jepara, serta pemain-pemain nasional seperti Haryanto dan Siswadi Gancis, menjadi bagian dari warisan besar Persijap.
Klub ini juga dikenal dengan julukan Laskar Kalinyamat, yang mengacu pada perjuangan Ratu Kalinyamat, pahlawan lokal yang menggunakan strategi laut melawan penjajah, menggambarkan semangat juang dan strategi Persijap di lapangan.
Kini, setelah meraih peringkat 3 Pegadaian Liga 2 musim 2024/25, Persijap siap menulis babak baru di Liga 1. Kebangkitan ini bukan hanya soal prestasi, tapi juga kebanggaan dan identitas masyarakat Jepara yang melekat erat dengan klubnya.
Mengukir Prestasi...
Seperti yang diungkapkan dalam perjalanan sejarahnya, Persijap bukan sekadar tim sepak bola, melainkan representasi perjuangan dan semangat rakyat Jepara yang tak pernah padam.
Dengan akar sejarah yang kuat dan dukungan fanatik suporter, Persijap Jepara siap kembali bersinar di panggung utama sepak bola Indonesia, membawa harum nama Jepara dan mengukir prestasi baru di Liga 1 musim depan.