Menurutnya, negara seperti Belanda dan Australia memiliki keunggulan pada infrastruktur serta visi jangka panjang yang jelas dan terstruktur. Salah satu perbedaan utama terletak pada infrastruktur sepak bola dan perencanaan jangka panjang.
Misalnya, di Belanda dan Australia, sering kali ada struktur yang lebih jelas dari pengembangan pemain muda hingga tingkat profesional, dengan fokus yang kuat pada pendidikan pelatih, analisis data, dan disiplin taktis sejak usia muda.
”Di Indonesia, semangatnya luar biasa, tetapi sistemnya masih berkembang. Ada potensi besar, tetapi mungkin perlu konsistensi dalam pengembangan pemain muda dan pendidikan pelatih,” terangnya, dilansir dari laman Persis.
Perbedaan lainnya adalah tekanan dan atmosfer. Di Indonesia, budaya suporter di sini sangat intens, dan sangat emosional. Hal itu menciptakan tantangan sekaligus peluang.
"Di Singapura atau Malaysia, keterlibatan penggemar sangat antusias tetapi sering kali lebih terkendali. Tekanan di sini dapat mendorong pemain untuk tampil maksimal, tetapi itu juga berarti kita sebagai pelatih perlu mengelola kekuatan mental dan konsistensi dengan lebih berhati-hati,” jelasnya.
”Jadi secara keseluruhan, saya akan mengatakan sepak bola Indonesia, khususnya Persis, memiliki potensi yang sangat besar, dan jika kita dapat memadukan semangat lokal itu dengan gaya bermain yang konsisten, hasilnya bisa sangat menjanjikan,” imbuhnya.
Murianews, Solo – Teka-teki siapa sosok pelatih kepala baru Persis Solo akhirnya terjawab. Manajemen Persis secara resmi mengumumkan penunjukan Peter de Roo sebagai pelatih kepala untuk musim 2025/2026 pada Jumat (27/6/2025).
Ia menjadi rekrutan pertama yang diumumkan oleh tim, dan akan memboyong asisten pelatih beserta pelatih fisik yang akan menyusul dirinya ke Solo jelang latihan perdana tim.
Pria asal Belanda ini adalah salah satu pelatih berpengalaman di sepak bola Asia dan Australia. Peter mengawali karier pasca bermain sebagai Direktur Teknik di kesebelasan Belanda, SC Cambuur pada 2003 hingga 2008.
Perjalanan kariernya berlanjut di Australia sebagai Direktur Teknik untuk badan sepakbola negara bagian Queensland, Football Queensland, pada 2009 hingga 2011.
Kemudian dirinya menduduki posisi Direktur Teknik untuk FFA Center of Excellence, sebuah program identifikasi bakat sepak bola dan pengembangan pemain yang dijalankan oleh Federasi Sepakbola Australia (FAA).
Perjalanan kariernya di Asia dimulai ketika menjalankan peran Direktur Teknik Asosiasi Sepakbola Malaysia (FAM) pada 2017-2021.
Pria berusia 55 tahun ini kemudian mengarsiteki klub peserta Singapore Premier League, Balestier Khalsa, pada 2022 hingga 2025, dan berhasil mengantarkan tim tersebut ke posisi keempat musim SPL 2024/2025.
Pria kelahiran Amsterdam ini mengungkapkan perbedaan yang ia amati selama berkarier di berbagai negara, dengan sepak bola Indonesia.
Pengembangan Pemain Muda...
Menurutnya, negara seperti Belanda dan Australia memiliki keunggulan pada infrastruktur serta visi jangka panjang yang jelas dan terstruktur. Salah satu perbedaan utama terletak pada infrastruktur sepak bola dan perencanaan jangka panjang.
Misalnya, di Belanda dan Australia, sering kali ada struktur yang lebih jelas dari pengembangan pemain muda hingga tingkat profesional, dengan fokus yang kuat pada pendidikan pelatih, analisis data, dan disiplin taktis sejak usia muda.
”Di Indonesia, semangatnya luar biasa, tetapi sistemnya masih berkembang. Ada potensi besar, tetapi mungkin perlu konsistensi dalam pengembangan pemain muda dan pendidikan pelatih,” terangnya, dilansir dari laman Persis.
Peter de Roo menyebut, suporter di Indonesia memiliki kelebihan dibandingkan negara lainnya, dan lebih menuntut tim untuk mencapai hasil positif. Hal ini membuat pelatih harus pandai untuk mengelola mentalitas serta konsistensi.
Perbedaan lainnya adalah tekanan dan atmosfer. Di Indonesia, budaya suporter di sini sangat intens, dan sangat emosional. Hal itu menciptakan tantangan sekaligus peluang.
"Di Singapura atau Malaysia, keterlibatan penggemar sangat antusias tetapi sering kali lebih terkendali. Tekanan di sini dapat mendorong pemain untuk tampil maksimal, tetapi itu juga berarti kita sebagai pelatih perlu mengelola kekuatan mental dan konsistensi dengan lebih berhati-hati,” jelasnya.
Peter menilai bahwa Persis memiliki potensi yang sangat besar untuk maju jika mampu memadukan semangat juang dan konsistensi gaya bermain.
”Jadi secara keseluruhan, saya akan mengatakan sepak bola Indonesia, khususnya Persis, memiliki potensi yang sangat besar, dan jika kita dapat memadukan semangat lokal itu dengan gaya bermain yang konsisten, hasilnya bisa sangat menjanjikan,” imbuhnya.