Kiprah Ketua PASI Kudus Firdaus Lahirkan Bibit Atlet Atletik
Muhamad Fatkhul Huda
Jumat, 5 Juli 2024 22:58:00
Murianews, Kudus – Sebelum mendapatkan amanah sebagai Ketua Persatuan Atletik Seluruh Indonesia atau PASI Kudus, Firdaus sudah malang melintang di cabang olahraga ini.
Meski begitu, pria yang kini berusia 65 tahun itu tidak berangkat dari olahraga atletik. Justru, cabang olahraga itu tak begitu dicintainya.
Warga Desa Demangan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus ini, awalnya menggemari olahraga voli. Saat mengajar di MAN 1 Kudus, ia pun melatih tim voli dan tim sepak bola sekolah itu.
Namun, ketika tim sepak bola MAN 1 Kudus mengikuti pertandingan, terjadi tawuran. Akhirnya ia pun tak lagi dibolehkan melatih sepak bola oleh kepala sekolah setempat.
Usai larangan itu, Firdaus pun terpikirkan untuk menjadi pelatih atletik. Padahal, olah raga itu tak dicintainya dulu.
Dari kenekatan itu, Firdaus justru malah jatuh cinta dengan atletik dan konsisten menekuninya. Bahkan, ia berhasil mengantarkan dua siswa MAN 1 Kudus menjuarai kejuaraan di tingkat ASEAN.
’’Juara di ajang Asean School Singapura tahun 1999 dan di Thailand tahun 2000,’’ jelasnya, kepada Murianews.com, Rabu (3/7/2024).
Sejak saat itu, ia terus konsisten melatih atletik. Ia pun dipercaya membawa anak asuhnya berlomba di Porprov Jateng 2000 lalu.
Saat itu, anak asuhnya berhasil mempersembahkan perak dan perunggu untuk Kudus. Raihan itu didapatkan di nomor lari 1.500 meter.
Buah ketekunannya itu pun membuatnya dipercaya menangani para atlet Atletik Indonesia di Sea Games Vietnam 2003 lalu.
Tidak hanya itu, ia juga ditunjuk Persiku Kudus untuk masuk dalam jajaran kepelatihan, yakni menjadi pelatih fisik skuad Macan Muria di periode 2007-2008. Kala itu, Persiku baru saja naik kasta ke Divisi Utama (sekarang Liga 2).
Kini, selain menangani atlet atletik Kudus, ia juga ditunjuk menjadi pelatih fisik tim tenis PT Sukun Wartono Indonesia.
Meski sudah tak lagi muda, Firdaus masih memberikan perhatiannya pada olahraga atletik. Ia pun kerap kali blusukan ke pelosok desa untuk mencari bibit atlet potensial.
Sebab, atletik tak seperti jenis olahraga lain yang memerlukan fasilitas dan sarana mewah. Atletik pun dapat dinikmati kalangan menengah ke bawah.
”Saya ingin mengangkat mereka, saya siap meluangkan waktu menyusuri pelosok desa untuk menemukan bibit unggulan. Selama masih sehat dan mampu saya akan tetap melatih,” terangnya.
Firdaus pun masih kerap turun ke lapangan melatih anak-anak muda meski usianya sudah kepala enam. Ia ingin memberikan manfaat bagi orang banyak selagi masih bisa.
’’Kenapa atletik? Karena olahraga ini prosesnya menarik. Lawan mainnya bukan orang lain tapi diri sendiri,’’ kata Firdaus.
Editor: Zulkifli Fahmi



