”Tahun 2021 saya diminta suporter untuk memegang Persipa Pati dalam menghadapi Liga 2. Tentu saja waktu itu klub berpindah dari amatir menjadi profesional. Otomatis pembiayaan ditanggung oleh PT, ya saya pribadi,” ungkapnya.
Dirinya rela menanggung sebagian besar pembiayaan Persipa dalam mengarungi Liga 2 selama bertahun-tahun yang nominalnya tak sedikit. Pihaknya, berkeliling mencari sponsor hingga rela merogoh uang pribadi ratusan juta rupiah tiap bulannya.
”Memang ada sponsor, tapi sedikit. Sejak tahun 2021 yang membiayai ya saya pribadi untuk mengarungi liga 2. Ada sponsor dan subsidi dari LIB. Per bulan Rp 250 juta selama 6 bulan. Tapi, biaya minimal untuk oprasional saja 700 juta. Itu belum untuk biaya sehari-hari dan biaya dadakan untuk pemain sakit dan lainnya,” bebernya.
Dijelaskan juga, biaya oprasional Persipa setidaknya mencapai Rp 800 juta per bulan. Meskipun harus merogoh kocek pribadi, Joni mengaku iklas selama ini.
”Bisa lebih Rp 800 juta. Itu tanggungjawab saya sebagai CEO Persipa. Kemarin di LIB bulan Januari 2025 baru cair kemarin sore. Jadi bulan Februari belum. Jadi kita cari uang sendiri,” ujar Joni.
Murianews, Pati – CEO Persipa Pati Joni Kurnianto mengaku kecewa dengan aksi anarkis sejumlah suporter usai laga melawan Persipura Jayapura, Kamis (13/2/2025). Dirinya mengaku siap mundur dari jabatannya bila dikehendaki kelompok suporter, Patifosi.
Lelaki yang juga Anggota DPRD Kabupaten Pati ini menyatakan dirinya menjadi CEO Persipa Pati usai mendapat permintaan dari Patifosi pada 2021 lalu. Susah, sedih, senang, posisi itu dijalankannya sebagai bentuk pengabdian.
”Tahun 2021 saya diminta suporter untuk memegang Persipa Pati dalam menghadapi Liga 2. Tentu saja waktu itu klub berpindah dari amatir menjadi profesional. Otomatis pembiayaan ditanggung oleh PT, ya saya pribadi,” ungkapnya.
Dirinya rela menanggung sebagian besar pembiayaan Persipa dalam mengarungi Liga 2 selama bertahun-tahun yang nominalnya tak sedikit. Pihaknya, berkeliling mencari sponsor hingga rela merogoh uang pribadi ratusan juta rupiah tiap bulannya.
”Memang ada sponsor, tapi sedikit. Sejak tahun 2021 yang membiayai ya saya pribadi untuk mengarungi liga 2. Ada sponsor dan subsidi dari LIB. Per bulan Rp 250 juta selama 6 bulan. Tapi, biaya minimal untuk oprasional saja 700 juta. Itu belum untuk biaya sehari-hari dan biaya dadakan untuk pemain sakit dan lainnya,” bebernya.
Dijelaskan juga, biaya oprasional Persipa setidaknya mencapai Rp 800 juta per bulan. Meskipun harus merogoh kocek pribadi, Joni mengaku iklas selama ini.
”Bisa lebih Rp 800 juta. Itu tanggungjawab saya sebagai CEO Persipa. Kemarin di LIB bulan Januari 2025 baru cair kemarin sore. Jadi bulan Februari belum. Jadi kita cari uang sendiri,” ujar Joni.
Sudah Habis-habisan...
Joni mengaku sudah habis-habisan untuk membiayai Persipa. Namun, dirinya tetap menjalankan tugas sebagai CEO Persipa sebagai wujud tanggungjawab.
”Saya sudah habis-habisan. Capek saya, tapi sebagai tanggungjawab saya sebagai CEO Persipa yang ditunjuk teman-teman suporter. Mulai dari gaji pemain, pelatih, official, Manajemen belim lagi bonus. Sekali pertandingan Rp 60 juta satu gol Rp 10 juta,” tuturnya lagi.
Karena itu dirinya mengaku sangat kecewa dengan aksi anarkis suporter Persipa yang merusak sejumlah fasilitas Stadion Joyokusumo Pati. Situasi ini sangat membuat dirinya merasa ditinggalkan oleh para suporter Persipa.
Joni juga mengaku bisa memahami kekecewaan para suporter Persipa. Namun menurutnya, kekecewaan itu seharusnya bisa dilampiaskan dengan sikap yang lebih bijak.
Atas semua ini, Joni menegaskan siap mundur bila pengorbanan yang ia berikan dianggap tidak sesuai oleh para suporter Persipa. Sikap suporter Persipa menurutnya sangat menyakiti dirinya.
”Saya lihat ada yang merusak berarti tidak cinta dengan persipa. Tidak cinta dengan saya. Jika suporter dan masyarakat Kabupaten Pati menghendaki saya mundur sebagai CEO, saya siap mundur. Kalau pengorbanan saya atau yang saya lakukan tidak benar, saya siap mundur. Harus kita ajari bersama sepakbola indah. Kalau marah, saya (saja) yang dipukuli jangan merusak stadion,” tegasnya.
Dirinya menilai, Persipa tak perlu bermimpi untuk membangun dan membuat stadion lebih nyaman bila perbuatan merusak masih terjadi. Semua percuma jika tidak dibarengi kedewasaan dalam mendukung Persipa.
Jangan Mimpi...
”Kita jangan mimpi membangun stadion kalau masih merusak stadion. Negara dalam keadaan sulit. Pukuli saya saja. Saya dihina saja ndak papa. Saya ikhlas,” tandas Joni.
Editor: Budi Santoso