Barikutnya untuk set kedua, Gregoria mengaku akhirnya masih bisa merebut kemenangan. Namun dirinya sudah merasakan jika gaya serangannya sudah dibaca oleh lawan.
”Celah dari lawan sudah tertutup semua. Serangan saya juga sudah terbaca. Arah bola saya juga sudah diantisipasi,” terangnya.
Diluar itu, Gregoria menilai, laju shuttlecock yang digunakan di BAC 2025 lambat. Hal ini juga menjadi kendala baginya. Menurutnya sulit untuk melakukan variasi serangan dengan kecepatan shuttlecock yang digunakan BAC 2025 ini. Namun dirinya tetap akan melakukan evaluasi.
”Ke depannya saya akan melakukan evaluasi. Saya akan bekerja keras untuk melakukan evaluasi agar bisa lebih baik lagi ke depannya,” imbuhnya.
Murianews, Kudus – Pebulutangkis Tunggal Putri Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung harus rela mengakui keunggulan lawannya di arena Badminton Asia Championships 2025 (BAC 2025). Pebulutangkis Korea Selatan, Kim Ga Eun mengalahkannya dengan tiga set di babak 16 besar.
Gregoria takluk dengan skor 17-21, 21-18, dan 12-21 di pertandingan yang berlangsung di Ningbo Olympic Sports Center Gymnasium, Ningbo, Cina, Kamis (10/4/2025). Hasil ini membuatnya gagal menggapai perempat final BAC 2025.
Melalui release yang dikeluarkan PBSI, Gregoria Mariska Tunjung menyatakan lawannya sudah mengincar titik lemah permainanya. Sehingga dirinya merasa kesulitan mengembangkan pola permainan.
”Kim Ga Eun sudah mengincar titik-titik lemah saya,” katanya, Kamis (10/4/2025).
Gregori juga menambahkan, sebenarnya pada set pertama dirinya sudah bermain nyaman. Bahkan dirinya sempat unggul sampai tiga poin di pertandingan BAC 2025 ini.
”Tetapi pada akhirnya justru terkejar. Ditambah lagi saat poin 17-17 saya tidak bermain konsisten. Banyak poin yang terbuang,” ujarnya kecewa.
Shuttlecock...
Barikutnya untuk set kedua, Gregoria mengaku akhirnya masih bisa merebut kemenangan. Namun dirinya sudah merasakan jika gaya serangannya sudah dibaca oleh lawan.
”Celah dari lawan sudah tertutup semua. Serangan saya juga sudah terbaca. Arah bola saya juga sudah diantisipasi,” terangnya.
Diluar itu, Gregoria menilai, laju shuttlecock yang digunakan di BAC 2025 lambat. Hal ini juga menjadi kendala baginya. Menurutnya sulit untuk melakukan variasi serangan dengan kecepatan shuttlecock yang digunakan BAC 2025 ini. Namun dirinya tetap akan melakukan evaluasi.
”Ke depannya saya akan melakukan evaluasi. Saya akan bekerja keras untuk melakukan evaluasi agar bisa lebih baik lagi ke depannya,” imbuhnya.
Editor: Budi Santoso