Bulutangkis Indonesia Hanya Sisakan Gregoria di Olimpiade
Budi Santoso
Kamis, 1 Agustus 2024 19:33:00
Murianews, Kudus – Awan mendung sepertinya tengah menggelanyuti dunia bulutangkis Indonesia di Olimpiade Paris 2024. Dari enam wakil yang turun, Bulu tangkis Indonesia kini hanya satu saja.
Satu-satunya wakil Indonesia yang masih bertahan di arena bulutangkis Olimpiade Paris 2024, adalah tunggal putri Gregoria Mariska Tunjung. Gregoria masih mampu menembus babak 16 besar.
Gregoria bakal berjumpa dengan Kim Ga Eun asal Korea Selatan di babak 16 besar. Pertandingan antara keduanya kemungkinan besar akan digelar pada Jumat (2/8/2024) pukul 00.30 WIB dinihari WIB.
Sementara pasangan ganda putra Indonesia Fajar/Rian yang sempat diharapkan bisa berbuat banyak, akhirnya kandas di Perempatfinal Olimpiade Paris 2024. Pada pertandigan perempat final Olimpiade Paris 2024, Kamis (1/8/2024) mereka kalah.
Hasil-hasil ini sangat diluar dugaan mengingat kekuatan bulutangkis Indonesia selama ini menjadi gantungan medali bagi kontingen. Namun kali ini wakil Indonesia sudah bertumbangan di babak awal.
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Ricky Soebagdja, menyatakan daya juang para pemain di Olimpiade Paris 2024 menjadi perhatiannya. Masalah itu sangat mencolok dan perlu dilakukan evaluasi.
Wakil Indonesia secara mengejutkan bertumbangan di arena bulutangkis Olimpiade Paris 2024. Dimulai dari tunggal putra andalan Indonesia Jonatan Christie, lalu Anthony Sinisuka Ginting, ganda putri Apriyani Rahayu/Pitha Haningtyas Mentari, dan ganda campuran Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari, terhenti lebih awal di babak penyisihan grup.
“Kecuali (penampilan) Ginting, saya melihat kekalahan ini karena (yang lainnya) tidak bisa mengeluarkan permainan terbaik. Sementara secara persiapan kalau saya rasa sudah benar-benar maksimal, tapi secara di lapangan belum keluar secara maksimal,” kata Ricky, Kamis (1/8/2024).
“Untuk Ginting saya melihat dia sudah mengeluarkan seluruh kemampuan, jatuh bangun mengejar bola tapi memang lawannya, Toma Junior Popov dengan dukungan suporter tuan rumah juga tampil sangat baik, seperti tidak ada celah,” tambahnya.
Apa yang terjadi, sangat disayangkan. Namun demikian, Ricky mengatakan atmosfer Olimpiade sangatlah berbeda dengan turnamen-turnamen kelas dunia lainnya. Sehingga berbagai kemungkinan bisa terjadi.
“Inilah Olimpiade dengan semua atmosfernya, memang berbeda dengan turnamen lain. Beban dan tekanan besar akan dirasakan semua atlet. Siapa yang siap secara mental dan bisa mengatasi rasa takut, rasa gugup dan demam panggung itu yang akan menang. Berbicara skill dan teknis semua sudah sama,” kata Ricky.
“Ini bukan hanya kemenangan kepada lawan tapi kemenangan atas pikiran-pikiran mereka sendiri. Itu yang sangat membedakan. Siapa yang bisa menentukan? Ya atlet itu sendiri,” tutupnya.



