Pertandingan yang digelar di Estadi Olimpic Lluis Companys tersebut menyaksikan sejumlah insiden yang memicu pertanyaan besar tentang kepemimpinan wasit Clement Turpin. Termasuk peran serta teknologi VAR yang digunakan di pertandingan penting ini. Media-media di Eropa mengulas tentang kontroversi yang terjadi.
Namun, wasit memutuskan untuk tidak memberikan penalti. Pakar wasit, Eduardo Iturralde Gonzalez, menyatakan tidak ada pelanggaran dari Bastoni. Bahkan pakar wasit ini menyebut Yamal lebih dahulu menyentuh lawan sebelum jatuh.
Kontroversi serupa muncul beberapa menit kemudian ketika Frenkie de Jong juga dijatuhkan di kotak penalti Inter. Namun kembali wasit menolak memberikan penalti. Dua keputusan ini menimbulkan kritik keras terhadap ketegasan wasit dalam momen-momen krusial yang bisa saja mengubah jalannya pertandingan.
Sementara itu, di sisi lain lapangan, Barcelona juga lolos dari potensi hukuman ketika Inigo Martinez tampak menyentuh bola dengan tangan saat mencoba menghentikan serangan dari Nicolo Barella. Meskipun jelas terlihat dalam tayangan ulang, VAR tidak memberikan intervensi.
Wasit juga tidak meniup peluit pelanggaran. Keputusan ini memicu kemarahan dari pendukung Inter Milan yang merasa tim mereka dirugikan. Puncak kontroversi terjadi pada menit ke-75 ketika Henrikh Mkhitaryan mencetak gol yang seharusnya membawa Inter unggul 4-3.
Murianews, Kudus – Leg pertama semifinal Liga Champions antara Barcelona dan Inter Milan yang berlangsung Kamis (1/5/2025) dinihari WIB, masih menyisakan perdebatan. Kontroversi yang terjadi dari pertandingan ini masih terus memicu perdebatan besar.
Pertandingan yang digelar di Estadi Olimpic Lluis Companys tersebut menyaksikan sejumlah insiden yang memicu pertanyaan besar tentang kepemimpinan wasit Clement Turpin. Termasuk peran serta teknologi VAR yang digunakan di pertandingan penting ini. Media-media di Eropa mengulas tentang kontroversi yang terjadi.
Salah satu momen paling disorot terjadi di babak pertama ketika wonderkid Barcelona, Lamine Yamal, terjatuh usai bertabrakan dengan bek Inter, Alessandro Bastoni. Kejadian ini sempat menciptakan ketegangan di lapangan karena tidak jelas apakah insiden terjadi di dalam atau di luar kotak penalti.
Namun, wasit memutuskan untuk tidak memberikan penalti. Pakar wasit, Eduardo Iturralde Gonzalez, menyatakan tidak ada pelanggaran dari Bastoni. Bahkan pakar wasit ini menyebut Yamal lebih dahulu menyentuh lawan sebelum jatuh.
Kontroversi serupa muncul beberapa menit kemudian ketika Frenkie de Jong juga dijatuhkan di kotak penalti Inter. Namun kembali wasit menolak memberikan penalti. Dua keputusan ini menimbulkan kritik keras terhadap ketegasan wasit dalam momen-momen krusial yang bisa saja mengubah jalannya pertandingan.
Sementara itu, di sisi lain lapangan, Barcelona juga lolos dari potensi hukuman ketika Inigo Martinez tampak menyentuh bola dengan tangan saat mencoba menghentikan serangan dari Nicolo Barella. Meskipun jelas terlihat dalam tayangan ulang, VAR tidak memberikan intervensi.
Wasit juga tidak meniup peluit pelanggaran. Keputusan ini memicu kemarahan dari pendukung Inter Milan yang merasa tim mereka dirugikan. Puncak kontroversi terjadi pada menit ke-75 ketika Henrikh Mkhitaryan mencetak gol yang seharusnya membawa Inter unggul 4-3.
Ujung Sepatu...
Namun, gol tersebut dianulir karena offside yang sangat tipis, dengan ujung sepatu Mkhitaryan terdeteksi sedikit berada di depan garis pertahanan terakhir Barcelona. Keputusan ini, meski didukung oleh teknologi VAR, tetap menimbulkan perdebatan luas soal presisi dan keadilan penggunaan teknologi VAR dalam sepak bola.
"Offside hanya sekitar 2-3 cm... Saya akan selalu mengingatnya. Kami mungkin telah unggul di momen krusial ini, tapi kami tetap tegakkan kepala dan bersiap untuk leg kedua," kata Mkhitaryan usai pertandingan dilansir dari Gasette dello Sport.
Analisa dari mantan wasit Eduardo Iturralde Gonzalez menegaskan, meskipun keputusan tersebut menyakitkan Inter, dengan adanya teknologi bantuan seperti VAR, pemain dan penggemar harus belajar menerima hasil meski tidak selalu menguntungkan tim mereka.
Pertandingan yang berakhir imbang 3-3 ini tidak hanya menyajikan pertunjukan sepak bola berkualitas tinggi. Tetapi juga membuka kembali diskusi panas mengenai keandalan dan keadilan teknologi VAR dalam sepak bola.