Dalam konferensi pers pra-pertandingan, pelatih asal Portugal itu menegaskan bahwa para penggemar memiliki hak penuh untuk menyuarakan protes mereka. Namun demikian Amorim tidak mau terlalu jauh dalam pernyataannya.
"Mereka memiliki hak untuk berbicara. Saya pikir itu benar-benar sah dan juga bagian dari klub. Setiap orang memiliki suara. Tapi tugas saya adalah meningkatkan tim, untuk membawa sesuatu yang berarti saat ini, karena penggemar pantas mendapatkannya. Mereka benar-benar hebat," ujar Amorim dilansir Mirror.
Di tengah ketegangan yang terjadi, MU tetap menunjukkan semangat juang dalam pertandingan melawan Arsenal. "Setan Merah" tampil penuh determinasi dengan menciptakan sejumlah peluang emas.
Bruno Fernandes sempat membawa MU unggul lewat tendangan bebas spektakuler, membangkitkan harapan di Old Trafford. Namun, kerapuhan pertahanan kembali menjadi momok ketika Declan Rice sukses menyamakan kedudukan untuk Arsenal.
Hasil imbang 1-1 ini memperpanjang penderitaan Man United yang masih terjebak di peringkat ke-14 klasemen. Sementara Arsenal semakin tertinggal 15 poin dari pemuncak klasemen, Liverpool.
Protes pendukung MU ini menjadi sinyal kuat bagi para pemilik klub bahwa kesabaran penggemar sudah mencapai batasnya. Pertanyaannya, akankah suara lantang ini membawa perubahan nyata bagi Manchester United?
Murianews, Kudus – Stadion Old Trafford berubah menjadi lautan protes ketika ribuan penggemar MU bersatu menyuarakan ketidakpuasan mereka terhadap kebijakan kontroversial yang diterapkan oleh keluarga Glazer dan Sir Jim Ratcliffe.
Kejadian ini berlangsung sebelum duel sengit antara Manchester United vs Arsenal, Senin (10/3/2025) dinihari WIB. Ribuan pendukung "Setan Merah" memadati area depan stadion dengan pakaian hitam sebagai simbol memudarnya kejayaan klub mereka di bawah kepemimpinan saat ini.
Dilansir dari Mirror, para pendukung MU ini membawa spanduk raksasa dengan tulisan "Kami ingin mendapatkan tim kami kembali, ada hal-hal yang layak diperjuangkan!".
Tak hanya itu, slogan-slogan pedas seperti "Jual United dan keluar dari sini!", "Budaya penggemar R.I.P. 1878-2025", dan "Cintai United, benci Glazer" menggema di udara, mencerminkan ketidakpuasan yang memuncak dari mereka.
Gelombang protes ini dipicu oleh serangkaian kebijakan yang dinilai merugikan klub dan penggemarnya. Keputusan kontroversial Sir Jim Ratcliffe dan rekan-rekannya untuk memberhentikan 200 karyawan sebagai bagian efisiensi memicu amarah yang semakin membesar.
Tak hanya itu, kenaikan harga tiket hingga £66 membuat para penggemar MU merasa terkhianati. Terutama ketika mereka melihat staf tim mengalami pemotongan remunerasi yang signifikan.
Lebih ironis lagi, pelatih dan analis tim bahkan hanya diperbolehkan menyantap sup dan sandwich di kantin. Aksi pendukung Manchester United ini mendapat dukungan tak terduga dari pelatih Ruben Amorim.
Hak Pendukung...
Dalam konferensi pers pra-pertandingan, pelatih asal Portugal itu menegaskan bahwa para penggemar memiliki hak penuh untuk menyuarakan protes mereka. Namun demikian Amorim tidak mau terlalu jauh dalam pernyataannya.
"Mereka memiliki hak untuk berbicara. Saya pikir itu benar-benar sah dan juga bagian dari klub. Setiap orang memiliki suara. Tapi tugas saya adalah meningkatkan tim, untuk membawa sesuatu yang berarti saat ini, karena penggemar pantas mendapatkannya. Mereka benar-benar hebat," ujar Amorim dilansir Mirror.
Di tengah ketegangan yang terjadi, MU tetap menunjukkan semangat juang dalam pertandingan melawan Arsenal. "Setan Merah" tampil penuh determinasi dengan menciptakan sejumlah peluang emas.
Bruno Fernandes sempat membawa MU unggul lewat tendangan bebas spektakuler, membangkitkan harapan di Old Trafford. Namun, kerapuhan pertahanan kembali menjadi momok ketika Declan Rice sukses menyamakan kedudukan untuk Arsenal.
Hasil imbang 1-1 ini memperpanjang penderitaan Man United yang masih terjebak di peringkat ke-14 klasemen. Sementara Arsenal semakin tertinggal 15 poin dari pemuncak klasemen, Liverpool.
Protes pendukung MU ini menjadi sinyal kuat bagi para pemilik klub bahwa kesabaran penggemar sudah mencapai batasnya. Pertanyaannya, akankah suara lantang ini membawa perubahan nyata bagi Manchester United?