Menanggapi keputusan tersebut, Drogheda United dikabarkan langsung menyatakan keberatan dan berencana mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS). Dalam pernyataan resminya, klub terebut menyampaikan beberapa solusi yang bisa dilakukan.
"Kami telah menawarkan berbagai solusi seperti pelepasan saham dan perjanjian kepercayaan, namun semuanya ditolak oleh UEFA. Ini adalah keputusan yang keras dan tidak adil,” demikian pernyataan resmi Drogheda United.
Drogheda United juga mengklaim, mereka telah melakukan negosiasi selama berbulan-bulan untuk menyesuaikan struktur kepemilikan. Namun mereka tidak mendapatkan kelonggaran dari UEFA.
Keputusan UEFA ini tak hanya merugikan secara institusional, tetapi juga memukul mental para pemain, pendukung, serta komunitas lokal yang berharap melihat klub berlaga di kancah Eropa.
Situasi yang sama berpotensi akan menimpa klub Inggris Crystal Palace, yang lolos ke Liga Europa musim depan. Pemilik saham utama klub Inggris ini, John Textor juga merupakan pemilik saham utama klub Olympique Lyon.
Klub Olympique Lyon diketahui juga lolos ke Liga Europa musim depan, setelah tampil baik di Ligue 1 Prancis. Sedangkan Crystal Palace lolos ke Liga Europa karena menjuarai Piala FA. UEFA memberi waktu hingga 27 Juni 2025 untuk kasus ini.
Murianews, Kudus – Klub Drogheda United dipastikan tidak jadi tampil di Liga Konferensi Eropa musim depan. Meskipun meraih capaian bagus di Liga Irlandia, tiket bertanding di panggung Eropa mereka dicabut oleh UEFA.
UEFA secara resmi mendiskualifikasi keikutsertaan Drogheda United di ajang Liga Konferensi Eropa 2025/26. Keputusan mengejutkan itu dilakukan oleh UEFA, setelah memastikan klub asal Irlandia itu dimiliki oleh entitas yang sama dengan klub Denmark, Silkeborg IF, yakni Trivela Group.
Situasi yang terjadi di Drogheda United soal kepemilikan ini dinilai melanggar aturan kepemilikan klub yang diterapkan UEFA. Klub yang dimiliki pihak yang sama tidak bisa bermain di ajang yang diselenggarakan oleh UEFA.
Musim lalu, Drogheda United berhasil mencapai posisi yang memungkinkan mereka lolos ke turnamen lapis ketiga Eropa. Namun kegembiraan bisa bermain di Liga Konferensi Eropa itu mendadak berubah menjadi kekeceawan besar.
UEFA, seperti dilaporkan The Sun, menyatakan klub Drogheda United dicoret dari daftar peserta Liga Konferensi Eropa karena melanggar aturan integritas kompetisi. Dalam aturannya, UEFA melarang dua klub dengan kepemilikan yang sama tampil bersamaan dalam kompetisi Eropa, untuk menghindari konflik kepentingan.
Dalam kasus klub Drogheda United ini, Trivela Group memegang saham pengendali di kedua klub. Karena Silkeborg memiliki peringkat koefisien yang lebih tinggi, maka klub asal Denmark itu dipilih untuk tetap berpartisipasi, sementara harus tersingkir dari Liga Konferensi Eropa.
Banding ke CAS...
Menanggapi keputusan tersebut, Drogheda United dikabarkan langsung menyatakan keberatan dan berencana mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS). Dalam pernyataan resminya, klub terebut menyampaikan beberapa solusi yang bisa dilakukan.
"Kami telah menawarkan berbagai solusi seperti pelepasan saham dan perjanjian kepercayaan, namun semuanya ditolak oleh UEFA. Ini adalah keputusan yang keras dan tidak adil,” demikian pernyataan resmi Drogheda United.
Drogheda United juga mengklaim, mereka telah melakukan negosiasi selama berbulan-bulan untuk menyesuaikan struktur kepemilikan. Namun mereka tidak mendapatkan kelonggaran dari UEFA.
Keputusan UEFA ini tak hanya merugikan secara institusional, tetapi juga memukul mental para pemain, pendukung, serta komunitas lokal yang berharap melihat klub berlaga di kancah Eropa.
Situasi yang sama berpotensi akan menimpa klub Inggris Crystal Palace, yang lolos ke Liga Europa musim depan. Pemilik saham utama klub Inggris ini, John Textor juga merupakan pemilik saham utama klub Olympique Lyon.
Klub Olympique Lyon diketahui juga lolos ke Liga Europa musim depan, setelah tampil baik di Ligue 1 Prancis. Sedangkan Crystal Palace lolos ke Liga Europa karena menjuarai Piala FA. UEFA memberi waktu hingga 27 Juni 2025 untuk kasus ini.