Rabu, 19 November 2025

Murianews, Kudus – Dunia sepak bola Prancis dan Eropa diguncang dengan terdegradasinya Olympique Lyon ke Ligue 2. Klub legendaris dengan sejarah panjang dan gemilang, melewati masa keamasannya dan berubah menjadi kecemasan para pendukungnya.

Bagi banyak penggemar sepak bola, nama Lyon identik dengan kekuatan yang mendominasi. Dari tahun 2002 hingga 2008, klub ini menorehkan rekor luar biasa, dengan menjuarai Ligue 1 selama tujuh musim berturut-turut.

Nama-nama pemain besar seperti Juninho Pernambucano, Karim Benzema, Michael Essien, Florent Malouda, dan Hugo Lloris menjadi tulang punggung kejayaan klub di era tersebut. Prestasi domestik Lyon mengilap, dengan lima gelar Coupe de France, satu Coupe de la Ligue, delapan Trophee des Champions, dan satu Piala Intertoto UEFA (1997).

Lebih dari sekadar koleksi trofi, Lyon adalah simbol supremasi sepak bola Prancis dan ancaman nyata di Liga Champions Eropa, saat itu. Memasuki pertengahan 2000-an, Lyon menjadi mimpi buruk bagi klub sebesar Real Madrid. Tapi itu dulu….

Namun roda nasib ternyata tetap berputar. Dilansir Le’Equipe, setelah masa keemasan itu, Lyon perlahan kehilangan arah. Perubahan struktur manajemen yang tidak konsisten, strategi transfer yang tidak efektif, dan kegagalan dalam menjaga stabilitas finansial menjadi kombinasi fatal.

Masalah keuangan menumpuk dan akhirnya tak terbendung. Kendati sempat menunjukkan kebangkitan dan finis di posisi 6 besar Ligue 1 musim terakhir, itu tidak cukup untuk menyelamatkan mereka dari keputusan mengejutkan Ligue de Football Professionnel (LFP) dan Badan Kontrol Manajemen Nasional (DNCG) untuk terdegradasi ke Ligue 2.

Klub ini dinyatakan bangkrut dan harus didegradasi ke Ligue 2, kasta yang lebih rendah dibanding habitat asli mereka selama ini. Hutang yang menggunung, yang dikabarkan mencapai hingga 500 juta Euro, menjadi alasan Lyon terlempar ke Ligue 2.

Upaya terakhir...

Upaya terakhir pemilik klub Lyon. John Textor, termasuk penjualan saham di Crystal Palace dan jaminan dari dewan direksi, gagal meyakinkan otoritas sepak bola Prancis. Musim ini menjadi hari kelam bagi klub yang telah mewarnai dua dekade terakhir Ligue 1 ini.

Bagi Lyon, terdegradasi bukan hanya persoalan posisi di liga, tetapi juga ujian eksistensi. Ini adalah panggilan untuk kembali ke akar, membangun ulang dari nilai-nilai tradisional yang pernah menjadikan mereka legenda.

Masa depan tampak berat, namun bukan tanpa harapan. Dengan akademi muda yang kuat dan warisan kejayaan yang masih membekas dalam memori kolektif, Lyon memiliki fondasi untuk bangkit.

Para pendukung setia klub, yang telah menyaksikan hari-hari emas dan kelam, masih percaya akan kebangkitan. Di Ligue 2 sekalipun, nama Olympique Lyon tetaplah simbol dari era kejayaan sepak bola Prancis yang tak akan terlupakan.

Komentar

Terpopuler