Lyon yang finish di posisi 6 dan mencapai final Liga Eropa, langsung diambag kehancuran setelah keputusan degradasi Legue 2 itu. Penyandang dana Lyon, Eagle Football hampir mencabut dukungan mereka. Jika itu terjadi, bahkan tidak hanya degradasi dihadapi Lyon. Tetapi juga potensi bangkrut yang mengancam.
“Manajemen baru, bersama dengan komitmen dari pemegang saham dan investor, sangat berterima kasih atas dukungan dari penggemar, staf, pemain, mitra, dan pejabat lokal. Keputusan hari ini adalah langkah pertama dalam memulihkan kepercayaan pada Olympique Lyonnais,” demikian pernyataan resmi dari Lyon.
Di balik tak jadinya Lyon terdegradasu, ternyata ada peran dari PSG, klub raksasa ibu kota, yang juga rival mereka. Di tengah badai yang terjadi di klub Lyon, PSG memutuskan untuk membayar penuh biaya transfer Bradley Barcola lebih awal.
Sehingga mempercepat sisa pembayaran senilai sekitar €50 juta, yang awalnya disepakati akan dicicil selama beberapa musim. Sikap PSG ini dilakukan tepat ketika Lyon mati-matian mencari likuiditas untuk memenuhi permintaan DNCG.
Dana segar dari PSG itu pada akhirnya menjadi salah satu kunci dalam usaha Lyon menyeimbangkan neraca keuangan mereka di situasi genting. Secara tidak langsung pula, Bradley Barcola ikut menyelamatkan mantan klubnya.
Meski demikian, setelah lolos dari lubang jarum, Lyon tetap masih harus melakukan upaya lanjutan jika tidak ingin mendapatkan masalah, Lyon kini harus menghadapi denda tambahan €12,5 juta dari UEFA atas pelanggaran peraturan finansial.
Mereka juga harus menyiapkan dana sebesar €50 juta jika ingin tampil di Liga Europa. Selain itu, anggaran transfer Lyon akan dibatasi, termasuk pengawasan terhadap pengeluaran gaji pemain mereka.
Di sisi lain, kontrak penamaan stadion Groupama berpotensi berakhir bulan ini, karena negosiasi perpanjangan yang macet di era Textor. Sehingga hal ini membuat mereka kehilangan pemasukan yang bisa menjadi masalah pada posisi finansial mereka.
Murianews, Kudus – Klub legendaris Prancis, Olympique Lyon, akhirnya tidak jadi terdegradasi ke Legue 2 Prancis. Klub yang pernah menguasai Ligue 1 selama tujuh musim berturut-turut, dinyatakan tidak jadi terdegradasi setelah mampu memenuhi syarat keuangan mereka.
Seperti dinukil dari L’Equipe, pada titik terendah keuangan mereka, Lyon dituntut oleh Komite Kontrol Keuangan Klub Profesional Prancis (DNCG) untuk segera mengumpulkan €200 juta dalam waktu kurang dari sepekan. Jika mereka tidak bisa mendapatka suntikan dana, konsekuensinya harus turun ke Ligue 2.
Ketetapan ini dihadapi secara mengejutkan oleh klub Lyon. Klub yang pernah melahirkan Benzema ini diluar dugaan berhasil membalikkan keadaan. Melalui manuver keuangan yang luar biasa, restrukturisasi kepemimpinan, dan bantuan dari rival mereka Paris Saint Germain (PSG), Lyon bisa lepas dari kesulitan besar.
Situasi genting Olympique Lyon pada akhirnya memaksa sebuah perubahan besar. John Textor, yang sebelumnya menjadi pemimpin kelompok Eagle Football, digantikan oleh Michelle Kang. Miliarder Korea-Amerika ini mampu membawa angin segar bagi Lyon.
Michelle Kang, bersama penasihat strategisnya Michael Gerlinger, berhasil memulihkan kepercayaan para pemodal. Terutama ARES, dana investasi besar yang sebelumnya meragukan masa depan klub, akhirnya bersedia menjadi penyokong dana.
Setelah putusan degradasi dijatuhkan pada Lyon, klub ini memang masih diberi kesempatan untuk melakukan banding. Dalam sidang banding 9 Juli 2025, Lyon akhirnya mampu mendapatkan gelontoran dana sebesar €200 juta penuh, memenuhi syarat ketat dari DNCG.
Separuh dari dana yang digelontorkan itu, dijadikan sebagai jaminan kestabilan finansial klub sepanjang musim depan. Sebelumnya, vonis degradasi dijatuhkan oleh DNCG pada bulan Juni, hanya beberapa hari setelah musim berakhir.
Banding...
Lyon yang finish di posisi 6 dan mencapai final Liga Eropa, langsung diambag kehancuran setelah keputusan degradasi Legue 2 itu. Penyandang dana Lyon, Eagle Football hampir mencabut dukungan mereka. Jika itu terjadi, bahkan tidak hanya degradasi dihadapi Lyon. Tetapi juga potensi bangkrut yang mengancam.
“Manajemen baru, bersama dengan komitmen dari pemegang saham dan investor, sangat berterima kasih atas dukungan dari penggemar, staf, pemain, mitra, dan pejabat lokal. Keputusan hari ini adalah langkah pertama dalam memulihkan kepercayaan pada Olympique Lyonnais,” demikian pernyataan resmi dari Lyon.
Di balik tak jadinya Lyon terdegradasu, ternyata ada peran dari PSG, klub raksasa ibu kota, yang juga rival mereka. Di tengah badai yang terjadi di klub Lyon, PSG memutuskan untuk membayar penuh biaya transfer Bradley Barcola lebih awal.
Sehingga mempercepat sisa pembayaran senilai sekitar €50 juta, yang awalnya disepakati akan dicicil selama beberapa musim. Sikap PSG ini dilakukan tepat ketika Lyon mati-matian mencari likuiditas untuk memenuhi permintaan DNCG.
Dana segar dari PSG itu pada akhirnya menjadi salah satu kunci dalam usaha Lyon menyeimbangkan neraca keuangan mereka di situasi genting. Secara tidak langsung pula, Bradley Barcola ikut menyelamatkan mantan klubnya.
Meski demikian, setelah lolos dari lubang jarum, Lyon tetap masih harus melakukan upaya lanjutan jika tidak ingin mendapatkan masalah, Lyon kini harus menghadapi denda tambahan €12,5 juta dari UEFA atas pelanggaran peraturan finansial.
Mereka juga harus menyiapkan dana sebesar €50 juta jika ingin tampil di Liga Europa. Selain itu, anggaran transfer Lyon akan dibatasi, termasuk pengawasan terhadap pengeluaran gaji pemain mereka.
Di sisi lain, kontrak penamaan stadion Groupama berpotensi berakhir bulan ini, karena negosiasi perpanjangan yang macet di era Textor. Sehingga hal ini membuat mereka kehilangan pemasukan yang bisa menjadi masalah pada posisi finansial mereka.