Situasi berbeda dialami Rusia yang hingga kini masih berada dalam isolasi kompetisi resmi. Sejak konflik dengan Ukraina pada Februari 2022, FIFA dan UEFA telah melarang Rusia mengikuti turnamen internasional.
Dalam tiga tahun terakhir, timnas Rusia hanya menggelar laga persahabatan dengan sejumlah negara non-Eropa. Satu-satunya pengecualian datang dari Belarus, yang menjamu mereka dalam laga uji coba di Minsk pada Juni lalu.
Belarus sendiri juga terkena imbas politik akibat kedekatannya dengan Rusia. Mereka dilarang ikut serta dalam berbagai ajang olahraga internasional, termasuk Olimpiade Paris 2024. UEFA bahkan melarang Belarus menjadi tuan rumah laga resmi.
Namun berbeda dengan Rusia, Belarus tetap diizinkan mengikuti kualifikasi Piala Dunia 2026. Semua laga kandang mereka dipindahkan ke Hungaria, dengan Skotlandia, Denmark, dan Yunani sebagai lawan di grup.
Kualifikasi Piala Dunia 2026 ternyata diwarnai dengan berbagai masalah di beberapa negara. Kasus Kongo, Eritrea, Pakistan, Rusia, dan Belarus menjadi contoh bagaimana dinamika di luar lapangan juga menentukan nasib sebuah tim turnamen internasional.
Murianews, Kudus – Babak Kualifikasi Piala Dunia 2026 diwarnai dengan masalah-masalah di sejumlah tim. Beberapa tim atau federasi sepak bola harus menghadapi sanksi dari FIFA atau konfederasi sepak bola regional mereka, karena pelanggaran aturan hingga konflik organisasi.
Konfederasi Sepak Bola Kongo (FECOFOOT) adalah salah satu tim yang menjadi sorotan setelah mendapatkn sanksi dari FIFA. Sehingga keikutsertaannya di Kualifikasi Piala Dunia 2026 menghadapi kendala.
FIFA menjatuhkan skorsing pada Februari 2025 lalu kepada FECOFOOT karena situasi yang terjadi di internal mereka. Adanya campur tangan dari pihak luar di dalam organisasi mereka, membuat FIFA memberikan sanksi berat.
Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF) sebagai kepanjanga tangan FIFA akhirnya membatalkan seluruh laga kualifikasi Piala Dunia 2026 yang sudah dijalani Kongo. Dua pertandingan yang dijadwalkan melawan Zambia dan Tanzania otomatis berakhir dengan kekalahan 0-3 untuk Kongo.
Larangan ini kemudian dicabut pada Mei 2025, memberi kesempatan Kongo tampil kembali dalam dua laga sisa. Namun, dengan lima kekalahan dari lima pertandingan yang dimainkan, Kongo dipastikan gagal melanjutkan perjalanan menuju Putaran Final Piala Dunia 2026.
Di grup yang sama, Eritrea memilih mundur dari kualifikasi Piala Dunia 2026, bahkan sebelum mereka memainkan satupun pertandingan. Kekhawatiran tentang para pemain akan meninggalkan negaranya dalam perjalanan ke luar negeri, menjadi alasan.
Meski begitu, Eritrea akhirnya kembali ke sepak bola internasional pada Mei lalu setelah lebih dari lima tahun absen. Namun, mereka tetap tidak berpartisipasi dalam jalur kualifikasi Piala Dunia 2026 kali ini, karena sudah terlanjur menyatakan mundur.
Berikutnya, dari zona Asia, Pakistan juga mengalami masalah serupa. FIFA menjatuhkan larangan akibat adanya perubahan aturan manajemen internal yang dianggap tidak transparan dan tidak memenuhi standar tata kelola. Skorsing tersebut kemudian dicabut, memungkinkan Pakistan untuk kembali aktif di pentas internasional.
Rusia...
Situasi berbeda dialami Rusia yang hingga kini masih berada dalam isolasi kompetisi resmi. Sejak konflik dengan Ukraina pada Februari 2022, FIFA dan UEFA telah melarang Rusia mengikuti turnamen internasional.
Dalam tiga tahun terakhir, timnas Rusia hanya menggelar laga persahabatan dengan sejumlah negara non-Eropa. Satu-satunya pengecualian datang dari Belarus, yang menjamu mereka dalam laga uji coba di Minsk pada Juni lalu.
Belarus sendiri juga terkena imbas politik akibat kedekatannya dengan Rusia. Mereka dilarang ikut serta dalam berbagai ajang olahraga internasional, termasuk Olimpiade Paris 2024. UEFA bahkan melarang Belarus menjadi tuan rumah laga resmi.
Namun berbeda dengan Rusia, Belarus tetap diizinkan mengikuti kualifikasi Piala Dunia 2026. Semua laga kandang mereka dipindahkan ke Hungaria, dengan Skotlandia, Denmark, dan Yunani sebagai lawan di grup.
Kualifikasi Piala Dunia 2026 ternyata diwarnai dengan berbagai masalah di beberapa negara. Kasus Kongo, Eritrea, Pakistan, Rusia, dan Belarus menjadi contoh bagaimana dinamika di luar lapangan juga menentukan nasib sebuah tim turnamen internasional.
