Namun, sekali lagi, dalam tren belakangan ini, jelas akan banyak pihak yang menilai Manchester City dibawah Pep Guardiola lebih diunggulkan. Setidaknya, Etihad Stadium masih tetap dianggap angker bagi kunjungan Manchester United.
Sejak Guardiola menangani Manchester City, mereka memang bisa dikatakan jarang mengalami kekalahan di Etihad. Tetapi faktanya, Manchester United justru menjadi lawan yang paling sering mengalahkan Manchester City di kandangnya sendiri.
Dari total 16 kekalahan kandang Pep Guardiola di Liga Inggris, empat di antaranya datang dari Setan Merah, Manchester United. Prosentasenya bahka mencapai 25 persen. Fakta ini setidaknya menegaskan, Etihad tak sepenuhnya menakutkan bagi Manchester United.
Bahkan, saat Manchester United dibawa Erik ten Hag, pernah mencetak dua kemenangan di Etihad untuk pertama kalinya sejak Maret 2021. Saat itu Manchester United mengalahkan City 2-0 lewat gol Bruno Fernandes dan Luke Shaw.
Murianews, Kudus – Pada Minggu (14/9/2025) malam WIB, perhatian publik sepak bola akan tertuju ke Etihad Stadium di kota Manchester. Liga Inggris pekan ke-4 mempertemukan Man City vs Manchester United di laga bertitel Derby Manchester.
Dalam beberapa musim terakhir, Manchester United memang lebih sering ditempatkan pada posisi undedog saat bertemu Man City. Namun dari catatan statistik yang menyertai sejarah panjang konfrontasi kedua tim, ternyata ada fakta-fakta yang menarik untuk disimak.
Seperti dilansir Daily Mail, sejarah panjang pertemuan kedua klub mencatat dari 196 laga resmi, Manchester United masih unggul tipis dari Manchester City. Setan merah mencatat 80 kemenangan, sementara City mengoleksi 62 kemenangan, dan 54 pertandingan lainnya berakhir imbang.
Namun, sekali lagi, dalam tren belakangan ini, jelas akan banyak pihak yang menilai Manchester City dibawah Pep Guardiola lebih diunggulkan. Setidaknya, Etihad Stadium masih tetap dianggap angker bagi kunjungan Manchester United.
Sejak Guardiola menangani Manchester City, mereka memang bisa dikatakan jarang mengalami kekalahan di Etihad. Tetapi faktanya, Manchester United justru menjadi lawan yang paling sering mengalahkan Manchester City di kandangnya sendiri.
Dari total 16 kekalahan kandang Pep Guardiola di Liga Inggris, empat di antaranya datang dari Setan Merah, Manchester United. Prosentasenya bahka mencapai 25 persen. Fakta ini setidaknya menegaskan, Etihad tak sepenuhnya menakutkan bagi Manchester United.
Bahkan, saat Manchester United dibawa Erik ten Hag, pernah mencetak dua kemenangan di Etihad untuk pertama kalinya sejak Maret 2021. Saat itu Manchester United mengalahkan City 2-0 lewat gol Bruno Fernandes dan Luke Shaw.
Bukan Zona Kematian...
Dengan statistik ini, kendati Manchester United tidak diunggulkan, sejatinya Etihad tetap bukan sebuah ‘zona kematian’ bagi mereka. Laga Derby Manchester, Minggu (14/9/2025) malam bagaimanapun masih memberi peluang bagi mereka.
Dalam banyak laga besar, faktor kandang biasanya berperan penting. Namun derby Manchester justru kerap menghadirkan kejutan. Sejak musim 2015/2016, hanya 6 dari 20 derby Liga Premier yang dimenangkan tuan rumah. Sebaliknya, 10 kali tim tamu berhasil membawa pulang tiga poin, sementara empat laga lainnya berakhir imbang.
Musim lalu menjadi contoh nyata, Manchester United saat itu bisa menang 2-1 di Etihad. Namun situasi berbeda terjadi saat mereka bermain di kandangnya, Old Trafford. Terakhir kali Manchester United meraih kemenangan kandang dalam derby terjadi pada Januari 2023, dengan skor 2-1. Pola ini membuat Derby Manchester pada dasarnya masih sulit ditebak.
Untuk derby Manchester kali ini, banyak yang menyebut Bruno Fernandes akan menjadi kunci bagi Manchester United. Gelandang asal Portugal itu kerap tampil gemilang di laga-laga besar, khususnya menghadapi Manchester City.
Dalam tiga kemenangan terakhir Manchester United atas Manchester City di Liga Inggris, Bruno Fernandes selalu mencetak gol. Masing-masing pada Maret 2021, Januari 2023, dan Desember 2024. Pemain ini juga menjadi arsitek kemenangan di final Piala FA 2024.
Dengan statistik ini, para pendukung Manchester United seharusnya tidak perlu pesimistis dulu. Derby Manchester tidak sekedar soal tiga poin, tetapi juga soal harga diri di antara dua kekuatan terbesar Liga Inggris.