Di tengah meningkatnya ketegangan politik dunia, yang memunculkan tekanan terhadap eksistensi Israel, FIFA membuat keputusan mengenai Timnas Israel. Pada pertemuan Dewan FIFA yang diadakan pada 2 Oktober di Zurich (Swiss), Presiden Gianni Infantino menegaskan, FIFA tidak akan menangguhkan atau melarang Israel berpartisipasi dalam turnamen internasional, termasuk kualifikasi Piala Dunia 2026.
"FIFA tidak dapat memecahkan masalah geopolitik, tetapi dapat dan harus mempromosikan sepak bola secara global dengan memanfaatkan nilai-nilai kohesi, pendidikan, budaya dan kemanusiaan," tegas Infantino.
Keputusan FIFA ini jelas mengabaikan banyak pendapat dari beberapa negara di Eropa yang meminta untuk mengecualikan Israel dari sepak bola internasional. Federasi Sepak Bola Turki telah secara terbuka menyerukan UEFA dan FIFA untuk mengusir Israel.
Sebelum pertemuan, Federasi Sepak Bola Norwegia juga mendesak UEFA untuk mengadakan pemungutan suara tentang masalah ini. Namun, permintaan Norwegia tidak ditanggapi UEFA. Sehingga pada akhirnya tekanan itu tidak benar-benar menekan di pertemuan FIFA.
Pertemuan FIFA di Zurich kabarnya dihadiri oleh banyak tokoh sepak bola yang berpengaruh. Ada Aleksander Ceferin, Presiden UEFA, Nasser al-Khelaifi (Presiden PSG) dan pejabat pemerintah Qatar, dan Jibril Rajoub - Presiden Federasi Sepak Bola Palestina.
Murianews, Kudus – Badan Sepak Bola dunia (FIFA) seperti yang telah banyak diduga, akhirnya bergeming terhadap masalah Israel. Di tengah banyaknya tekanan, FIFA memutuskan tidak memberikan tindakan apapun terhadap Israel.
Seperti dilansir The Sun, FIFA akhirnya mengabaikan tekanan yang disampaikan banyak Federasi Sepak bola Eropa, tentang kemungkinan meminggirkan Israel dari agenda sepak bola Internasional. FIFA menyatakan Israel masih dapat berpartisipasi dalam kualifikasi Piala Dunia 2026.
Di tengah meningkatnya ketegangan politik dunia, yang memunculkan tekanan terhadap eksistensi Israel, FIFA membuat keputusan mengenai Timnas Israel. Pada pertemuan Dewan FIFA yang diadakan pada 2 Oktober di Zurich (Swiss), Presiden Gianni Infantino menegaskan, FIFA tidak akan menangguhkan atau melarang Israel berpartisipasi dalam turnamen internasional, termasuk kualifikasi Piala Dunia 2026.
"FIFA tidak dapat memecahkan masalah geopolitik, tetapi dapat dan harus mempromosikan sepak bola secara global dengan memanfaatkan nilai-nilai kohesi, pendidikan, budaya dan kemanusiaan," tegas Infantino.
Keputusan FIFA ini jelas mengabaikan banyak pendapat dari beberapa negara di Eropa yang meminta untuk mengecualikan Israel dari sepak bola internasional. Federasi Sepak Bola Turki telah secara terbuka menyerukan UEFA dan FIFA untuk mengusir Israel.
Sebelum pertemuan, Federasi Sepak Bola Norwegia juga mendesak UEFA untuk mengadakan pemungutan suara tentang masalah ini. Namun, permintaan Norwegia tidak ditanggapi UEFA. Sehingga pada akhirnya tekanan itu tidak benar-benar menekan di pertemuan FIFA.
Pertemuan FIFA di Zurich kabarnya dihadiri oleh banyak tokoh sepak bola yang berpengaruh. Ada Aleksander Ceferin, Presiden UEFA, Nasser al-Khelaifi (Presiden PSG) dan pejabat pemerintah Qatar, dan Jibril Rajoub - Presiden Federasi Sepak Bola Palestina.
Israel...
Israel sendiri saat ini bermain di bawah manajemen UEFA, bukan AFC. Mereka berada di urutan ketiga di Grup I kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Eropa. Timnas Israel akan melanjutkan pertandingan kualifikasi melawan Norwegia di Oslo pada 11 Oktober 2025. Kemudian menghadapi Italia, di Udine tiga hari kemudian.
Sebelumnya, kemungkinan sanksi terhadap Israel sempay dianggap sangat "mungkin" terjadi. Hal itu jika UEFA mengajukan usulan Federassi Norwegia untuk melakukan pemungutan suara. Beberapa sumber dari AP yang dilansir The SUN, bahkan menyebut pemungutan suara bahkan kemungkinan akan disetujui, meski ada tentangan dari Israel dan Jerman.
Namun, FIFA dengan Infantino yang memiliki hubungan dekat dengan pemerintah AS menjelang Piala Dunia 2022, menolak kemungkinan ini. Meskipun FIFA berpandangan "tidak mempolitisasi sepak bola", keputusan untuk tidak melarang Israel masih kontroversial. Bagi Palestina dan beberapa Federaasi Sepak Bola Eropa, keputusan itu bisa dianggap sebagai pengabaian terhadap konflik yang terjadi.