Motor itu kemudian dioprek-opresk sendiri. Hasilnya kemudian dijajal sendiri.
”Papa kumpulin uang, beli motor sendiri motor Vellocete buatan inggris. Dia benerin dan tune up sendiri, lalu ia balapin sendiri,” kenang Ferdinand.
Keahliannya ngoprek mesin motor membuatnya dilirik sebagai mekanik andal. Salah satunya yakni di bengkel legenda balapan Indonesia, Bambang Gunardi.
Temuannya kemudian tercatat dalam sejarah inovasi dunia balap dan digunakan di MotoGP.
Teknologi Big Bang ini memungkinkan motor mendapatkan tenaga yang lebih halus meski sistem pemindah daya sering membuat motor mengalami slide di ban belakang.
Mekanisme itu pun membuat motor tampil lebih meyakinkan saat menikung. Valentino Rossi pun sangat menyukainya ketimbang setelan motor screamer yang liar.
Murianews, Jakarta – Kesuksesan Valentino Rossi meraih sembilan kali juara dunia balap motor tak lepas dari Indonesia. Mesin Big Bang yang menjadikannya raja tikungan lahir dari racikan meanik asal Indonesia.
Ya, namanya adalah Michael Iskandar atau yang akrab disapa Om Chia. Bagi pecinta balap motor pastinya enggak asing dengan Om Chia.
Di era balap underbone, namanya begitu berkibar sebagai punggawa motor bebek kencang. Ia pun kemudian dinobatkan sebagai penemu tenologi mesin motor Big Bang yang disukai Valentino Rossi.
Anak Om Chia, Ferdinan Iskandar mengungkapkan, ketertarikan ayahnya pada dunia motor berawal saat era penjajahan. Saat itu, Om Chia penasaran dengan motor saat mencoba Harley-Davidson.
”Awalnya masuk bengkel militer Belanda, coba motor Harley-Davidson, itu di tahun 1940-an sebelum menikah,” ungkap Ferdinand dikutip dari motorplus, Senin (17/3/2025).
Di bengkel itu, Om Chia merawat mobil dan motor militer. Dari sana, Om Chia melihat motor unik tapi belum bisa memiliki motor sendiri.
”Motor roda dua bisa jalan seimbang, itu bagaimana caranya. Itulah yang menjadi motivasi beliau,” beber Ferdinand.
Dari pengalaman mengoprek-oprek motor itu, Om Chia kemudian membeli motor sendiri, ketika sudah era kemerdekaan Indonesia. Saat itu, motor Vellocete buatan Inggris menjadi pilihannya.
Disukai Rossi...
Motor itu kemudian dioprek-opresk sendiri. Hasilnya kemudian dijajal sendiri.
”Papa kumpulin uang, beli motor sendiri motor Vellocete buatan inggris. Dia benerin dan tune up sendiri, lalu ia balapin sendiri,” kenang Ferdinand.
Keahliannya ngoprek mesin motor membuatnya dilirik sebagai mekanik andal. Salah satunya yakni di bengkel legenda balapan Indonesia, Bambang Gunardi.
”Lalu ia kebagian (dapat order) tune motor balap. Salah satunya motor milik om Bambang Gunardi. Di situ ia mengembangkan bakat sebagai tuner,” jelasnya.
Temuannya kemudian tercatat dalam sejarah inovasi dunia balap dan digunakan di MotoGP.
Teknologi Big Bang ini memungkinkan motor mendapatkan tenaga yang lebih halus meski sistem pemindah daya sering membuat motor mengalami slide di ban belakang.
Mekanisme itu pun membuat motor tampil lebih meyakinkan saat menikung. Valentino Rossi pun sangat menyukainya ketimbang setelan motor screamer yang liar.
Mulai saat menggunakan Honda RC211V pada 2002 hingga Yamaha YZR-M1 2010, Rossi selalu menggunakan mesin Big Bang.
Masih Jadi Pilihan...
Di era saat ini pun, masih banyak pebalap yang menyukai teknologi Big Bang. Sebab, mesin Sreamer lebih sulut dikendalikan karena putaran power yang tinggi.
Mesin Screamer tiap interval 180 derajat putaran engkol terjadi langkah usaha. Berbeda dengan Big Banng, dua ledakan terjadi berurutan bahkan hampir bersamaan, tapi setelah itu ada interval yang cukup lama sebelum dua ledakan berikutnya.
Mesin Big Bang memungkinkan motor melaju lebih lincah di tikungan dan pebalap unggul saat adu cepat. Selain itu, mesin juga memiliki daya tahan hingga akhir balapan.
Keunggulan lainnya adalah ban yang lebih awet dipakai balapan karena adanya jeda yang cukup lama, dibanding teknologi lain yang menyebabkan ban menerima hentakan power yang lebih cepat.