Sebab, mereka membutuhkan pengembangan fasilitas, perlengkapan, hingga kesempatan bertanding guna pembinaan para atletnya.
Padahal, dalam olahraga anggar, peralatan yang memadai sangat penting demi mendukung performa dan keselamatan atlet.
”Satu pedang anggar berkualitas bagus harganya bisa mencapai Rp3 juta, itu pun yang buatan Jerman. Sementara di Kudus, jumlahnya sangat terbatas,” katanya pada Murianews.com, Kamis (13/2/2025).
Imam mengatakan, selama ini para atlet hanya menggunakan pedang standar yang lebih murah. Namun, kualitasnya jauh dari harapan.
Tak hanya pedang, peralatan pelindung seperti penutup kepala, jaket, dan sarung tangan juga mengalami kendala. Imam mengatakan, beberapa atlet harus merogoh kocek sendiri untuk membeli pelindung yang layak.
Murianews, Kudus – Pengurus Cabang (Pengcab) Anggar Kudus, Jawa Tengah keluhkan minimnya anggaran yang diterima pada 2025 ini. Kondisi itu dikhawatirkan menghambat pengembangan olahraga anggar Kudus.
Sebab, mereka membutuhkan pengembangan fasilitas, perlengkapan, hingga kesempatan bertanding guna pembinaan para atletnya.
Pelatih Anggar Kudus, Imam Kuncoro mengungkapkan, keterbatasan dana membuat para atlet harus berlatih dengan peralatan seadanya.
Padahal, dalam olahraga anggar, peralatan yang memadai sangat penting demi mendukung performa dan keselamatan atlet.
”Satu pedang anggar berkualitas bagus harganya bisa mencapai Rp3 juta, itu pun yang buatan Jerman. Sementara di Kudus, jumlahnya sangat terbatas,” katanya pada Murianews.com, Kamis (13/2/2025).
Imam mengatakan, selama ini para atlet hanya menggunakan pedang standar yang lebih murah. Namun, kualitasnya jauh dari harapan.
Tak hanya pedang, peralatan pelindung seperti penutup kepala, jaket, dan sarung tangan juga mengalami kendala. Imam mengatakan, beberapa atlet harus merogoh kocek sendiri untuk membeli pelindung yang layak.
Selain itu, Kudus juga belum memiliki tempat latihan khusus untuk anggar. Sejauh ini, latihan hanya bisa dilakukan di sekolah-sekolah yang bersedia meminjamkan tempat.
Minim Jam Terbang...
Minimnya anggaran juga berdampak pada rendahnya jam terbang para atlet. Untuk mengikuti kejuaraan di luar kota, mereka membutuhkan biaya transportasi, akomodasi, dan konsumsi.
Namun, karena dana yang terbatas, hanya beberapa atlet yang bisa berangkat. Ia pun berharap agar pemerintah lebih memperhatikan bidang olahraga.
”(Ini) Bukan hanya dari sisi prestasi, tapi juga sebagai bagian dari pendidikan karakter bagi anak-anak muda,” harapnya.
Meskipun demikian, pihaknya masih tetap bersemangat untuk mendidik anak-anak asli Kudus agar bisa menjadi atlet bertalenta di masa yang akan datang.
Ia menambahkan anggar adalah olahraga yang menanamkan kedisiplinan, ketangkasan, dan sportivitas. Jika mendapat perhatian, bukan tidak mungkin Kudus bisa mencetak atlet berprestasi yang mampu bersaing di tingkat nasional maupun internasional.
Editor: Zulkifli Fahmi