Rabu, 19 November 2025

Perang komentar di media sosoal ini akhirnya sering menyulut emosi yang kemudian terbawa ke dunia nyata. Dalam konteks kehidupan sosial hal ini tentu saja menjadi keprihatinan bersama.

Gesekan suporter ini memberi dampak pada citra ketiga klub. Banyak yang mengkritik manajemen klub karena dianggap kurang aktif dalam mendorong inisiatif perdamaian di antara para pendukung. Namun, beberapa langkah mulai diambil.

Persijap meluncurkan kampanye “Satu Muria” untuk mengajak suporter menjaga perdamaian. Persiku menggelar dialog terbuka dengan perwakilan suporter untuk meredam tensi. Persipa memperketat regulasi stadion untuk menghindari provokasi saat Derby Muria.

Meski rivalitas suporter akan menciptakan atmosfer unik dalam pertandingan sepak bola, gesekan antar suporter tetap menjadi masalah dalam kehidupan bermasyarakat. Ketua PSSI Jawa Tengah menyatakan akan menginisiasi pertemuan trilateral antara manajemen ketiga klub dan perwakilan suporter untuk mencari solusi bersama menjelang musim 2025.

Gesekan suporter di Derby Muria mencerminkan semangat kompetitif yang tinggi, tetapi perlu diimbangi dengan kedewasaan dalam mendukung tim. Sepak bola seharusnya menjadi ajang persatuan, bukan perpecahan. Semoga di masa mendatang, Derby Muria tetap menjadi pertandingan penuh gengsi tanpa diwarnai konflik yang merugikan semua pihak.

Komentar

Terpopuler