Dakwaan pada Chelsea sendiri masih sedikit dibandingkan Manchester City yang menghadapi 115 dakwaan. Meski sama-sama serius, terdapat perbedaan fundamental.
Perbedaan paling mencolok terletak pada respons kedua klub. Chelsea secara sukarela melaporkan temuannya serta bersikap sangat kooperatif dengan penyelidikan. Sikap sebaliknya dilakukan City yang keras membantah semua tuduhan.
Selain itu, perbedaan mencolok lainnya, pelanggaran Chelsea terjadi di era pemilik sebelumnya yang kini tak memiliki afiliasi dengan klub. Sedangkan City masih berkaitan dengan Abu Dhabi United Grup, pemilik klub saat ini.
Murianews, London – Skandal besar yang membelit Chelsea akhirnya terungkap. Itu setelah Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) resmi mendakwa klub London Biru itu atas 74 dugaan pelanggaran yang terjadi selama era Roman Abramovich.
Dakwaan itu pun menjadi salah satu yang terbesar dalam sejarah sepak bola Inggris. The Blues kini pun terancam sanksi berat.
Salah satu kasus dugaan pelanggaran yakni adanya pembayaran yang tak tercatat pada agen dan perantara dalam sejumlah transfer besar pada periode 2009 dan 2022.
Pembayaran ”gelap” ini diduga terjadi untuk memuluskan sejumlah proses transfer pemain ke Stamford Bridge selama periode yang panjang.
Meski investigasi mencakup rentang waktu antara 2009 dan 2022, namun fokus utama dari dakwaan ini adalah pada transaksi antara musim 2010/2011 dan 2015/2016.
Saat itu, Chelsea di bawah kekuatan finansial Roman Abramovic sangat aktif di bursa transfer demi ambisi membangun tim bertabur bintang.
Transfer Eden Hazard, Willian, dan Samuel Eto’o disebut dalam investigasi, meski mereka tak dituduh melakukan kesalahan.
Terungkap skandal itu setelah Chelsea dipimpin pemilik baru Todd Boehly yang melaporkan sendiri temuan ”informasi keuangan yang tak lengkap” dari era sebelumnya.
Chelsea Kooperatif...
Saat itu, Tood melakukan uji tuntas setelah mengakuisisi klub pada 2022. Namun, saat itu konsorsium yang dipimpinannya mendapati laporan keuangan yang tak lengkap.
Pihaknya pun kemudian melaporkannya pada FA, Liga Primer, dan UEFA sebagai bentuk transparansi. Chelsea pun mengambil sikap kooperatif sepenuhnya dalam menghadapi dakwaan itu.
Klub berharap sikap koorperatif dan transparan yang dilakukan dapat meringankan hukuman. Apalagi, pelanggaran itu dilakukan rezim yang tak lagi berkuasa.
Bahkan saat ini sudah tak ada lagi staf kunci dari era Abramovic di Chelsea. Sanksi pengurangan poin pun, mereka nilai tidak proporsional.
Mereka berpendapat hukuman seharusnya ditujukan kepada individu yang bertanggung jawab, yang mayoritas sudah tidak lagi berada di Stamford Bridge.
Meski begitu, Chelsea merasa pantas mendapatkan hukuman atas nama klub. Hanya, The Blues berharap hukuman yang diberikan hanya sebatas denda, bukan sanksi olahraga seperti pengurangan poin karena akan merugikan tim, staf, hingga penggemar.
”Mereka meyakini kerja sama penuh mereka akan menjadi faktor mitigasi yang signifikan bagi komisi disiplin,” tulis laporan seperti dikutip dari GOAL, Minggu (21/9/2025).
Lebih Sedikit...
Dakwaan pada Chelsea sendiri masih sedikit dibandingkan Manchester City yang menghadapi 115 dakwaan. Meski sama-sama serius, terdapat perbedaan fundamental.
Dakwaan City cakupannya lebih luas, yakni meliputi dugaan manipulasi pendapatan sponsor, biaya operasional, hingga gaji pemain dan manajer.
Perbedaan paling mencolok terletak pada respons kedua klub. Chelsea secara sukarela melaporkan temuannya serta bersikap sangat kooperatif dengan penyelidikan. Sikap sebaliknya dilakukan City yang keras membantah semua tuduhan.
Selain itu, perbedaan mencolok lainnya, pelanggaran Chelsea terjadi di era pemilik sebelumnya yang kini tak memiliki afiliasi dengan klub. Sedangkan City masih berkaitan dengan Abu Dhabi United Grup, pemilik klub saat ini.