Menurut Hearn, keputusan ini bukan hanya aneh, tetapi juga menghambat perkembangan dunia tinju, khususnya dalam upaya menggelar pertarungan penyatuan gelar antara Jaron 'Boots' Ennis , pemegang sabuk IBF dan WBA kelas welter melawan Barrios.
"Fakta bahwa Manny Pacquiao bersaing untuk kejuaraan dunia itu aneh. Dia telah jauh dari ring selama lima tahun dan tidak lagi berada di level kelas dunia. Tapi itu tinju, itu bagian dari bisnis, dan kami mengerti itu," ujar Hearn dengan nada kecewa.
Hearn juga menyindir arah industri tinju saat ini yang menurutnya semakin dikomersialisasi, bahkan menyerupai hiburan seperti WWE. Dalam hal ini Hearn memberikan contoh soal ini pada pertarngan Francis Ngannou vs Tyson Fury dan Anthony Joshua.
Francis Ngannou, mantan juara UFC diketahui bisa langsung melawan Tyson Fury dan Anthony Joshua dalam dua laga pertamanya sebagai petinju profesional. Padahal yang bersangkutan tidak memiliki latar belakang tinju yang memadai.
Murianews, Kudus – Keputusan comeback legenda tinju asal Filipina, Manny Pacquiao, kembali ke ring tinju dunia mendapatkan kritikan. Promotor tinju papan atas , Eddie Hearn menanggapi keputusan Pacquiao ini dengan tone negatif.
Dalam sebuah pernyataan yang dilansir Mundo Deportivo, Eddie Hearn mengaku bingung dan kecewa atas langkah World Boxing Council (WBC) yang mengizinkan Pacquiao menantang Mario Barrios untuk gelar kelas welter pada 19 Juli mendatang. Itu karena Pacquiao, yang kini berusia 46 tahun, belum bertarung sejak 2021.
Menurut Hearn, keputusan ini bukan hanya aneh, tetapi juga menghambat perkembangan dunia tinju, khususnya dalam upaya menggelar pertarungan penyatuan gelar antara Jaron 'Boots' Ennis , pemegang sabuk IBF dan WBA kelas welter melawan Barrios.
"Fakta bahwa Manny Pacquiao bersaing untuk kejuaraan dunia itu aneh. Dia telah jauh dari ring selama lima tahun dan tidak lagi berada di level kelas dunia. Tapi itu tinju, itu bagian dari bisnis, dan kami mengerti itu," ujar Hearn dengan nada kecewa.
Hearn juga menyindir arah industri tinju saat ini yang menurutnya semakin dikomersialisasi, bahkan menyerupai hiburan seperti WWE. Dalam hal ini Hearn memberikan contoh soal ini pada pertarngan Francis Ngannou vs Tyson Fury dan Anthony Joshua.
Francis Ngannou, mantan juara UFC diketahui bisa langsung melawan Tyson Fury dan Anthony Joshua dalam dua laga pertamanya sebagai petinju profesional. Padahal yang bersangkutan tidak memiliki latar belakang tinju yang memadai.
Merubah Tatanan Tinju...
Kemudian Hearn juga menyoroti langkah Terence Crawford yang melompat dua divisi untuk menantang Canelo Alvarez demi sabuk juara tanpa proses bertahap. Kasus ini menurutnya menjadi preseden buruk bagi dunia tinju dunia.
"Anda tidak ingin mengatakannya, tetapi tinju berubah menjadi WWE, di mana segala sesuatu mungkin," kata Hearn seperti dilansir Mundo Deportivo.
Namun, Hearn juga tak menampik jika Pacquiao bisa saja masih menyimpan kejutan. Dirinya mengingatkan performa impresif sang legenda saat mengalahkan Keith Thurman pada 2019, dan menyebut bahwa Mario Barrios, juara WBC yang baru saja dipromosikan, bukanlah lawan yang tak terkalahkan.
"Barrios petarung yang punya banyak kelemahan dan belum diakui secara luas," ujar Hearn, menyinggung bahwa Barrios tak merebut gelar dengan cara tradisional, melainkan hanya dianugerahi gelar setelah menang angka atas Yordenis Ugas yang baru kembali dari cedera serius.
Meski demikian, pertarungan antara Pacquiao dan Barrios dipastikan tetap menyita perhatian media dan publik. Walaupun kemungkinan besar akan mengganggu jalur pertarungan unifikasi para petinju muda seperti Ennis yang tengah naik daun.